Kamis 07 Mar 2019 09:07 WIB

Bulog Didorong Masuk Pasar Bebas

Bulog tak lagi dapat leluasa menjual berasnya dalam program Beras Sejahtera (Rastra)

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja mendata jumlah karung beras untuk Rakyat Sejahtera (Rastra) di gudang Perum Bulog Subdivisi Regional (Divre) Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Selasa (29/1/2019).
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Pekerja mendata jumlah karung beras untuk Rakyat Sejahtera (Rastra) di gudang Perum Bulog Subdivisi Regional (Divre) Meulaboh, Aceh Barat, Aceh, Selasa (29/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendorong Perum Bulog untuk terus membuka pasar beras komersial. Kendati Bulog memiliki tugas untuk stabilitasi harga beras, pemerintah juga meminta agar beras Bulog mampu bersaing di pasar bebas.

Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN, Wahyu Kuncoro, mengatakan, pihaknya memahami kendala yang dihadapi Bulog saat ini. Bulog tak lagi dapat leluasa menjual berasnya dalam program  Beras Sejahtera (Rastra) karena pemerintah menerapkan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Baca Juga

Dimana, BPNT membuat para penerima bantuan bebas memilih beras. Hal itu membuat beras yang selama ini terus diserap Bulog dari petani belum memiliki pangsa pasar yang pasti.

“Tentu Bulog harus menjual berasnya melalui skema komersial. Bulog harus terus menerus membuka pasar komersial agar beras bisa tersalurkan ke pasar bebas,” kata Wahyu kepada Republika.co.id, Kamis (7/3).

Tahun ini, pemerintah menargetkan program BPNT bisa diterapkan 100 persen ke 15,6 juta penerima di seluruh Indonesia. Seiring target tersebut, Wahyu mengatakan, kewajiban penyaluran Bansos Rastra oleh Bulog pada tahun 2019 hanya tinggal 230 ribu ton.

Dibanding saat Program Rastra masih diterapkan penuh, Bulog menyalurkan beras hingga 2,7 juta ton per tahun. Beras tersebut merupakan stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang dibeli pemerintah menggunakan anggaran negara.

Namun, Wahyu menambahkan, meskipun Bulog didorong mengembangkan bisnis di era BPNT, tugas utama Bulog masih tetap seputar stabilisasi harga dan ketersediaan pangan. Terutama untuk komoditas beras, jagung, dan kedelai.

“Ini yang harus diperhatikan, bahwa ada kewajiban Bulog menyimpan CBP 1 juta ton sampai 1,5 juta ton sepanjang tahun. Adanya kewajiban itu maka Bulog harus berupaya membangun pasar,” kata dia.

Menurutnya, jika jumlah stok beras di gudang mencapai lebih dari 1,5 juta ton, maka sisa beras tersebut dapat dijual secara komersial. Artinya, beras tersebut bisa dijual dengan standar beras medium atau premium sesuai harga eceran tertinggi (HET) beras.

Adapun total pasokan beras di gudang Bulog per 5 Maret 2018 mencapai sekitar 1,89 juta ton. “Lebih dari 1 sampai 1,5 juta ton, jumlah itu bisa dijual secara komersial,” kata dia menambahkan.

Saat ini, dikatakan Wahyu, jajaran direksi Bulog tengah berupaya untuk membuka pasar bagi produk beras Bulog. Termasuk, penjualan yang mengarah ke sektor toko ritel modern. Hal itu agar penyerapan beras Bulog ke masyarakat dapat lebih cepat sehingga bisnis Bulog sebagai badan usaha tetap berjalan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement