Senin 04 Mar 2019 18:59 WIB

Pertamina Belum Sepakati Pembelian Minyak Mentah dari Exxon

Pertamina masih mengimpor minyak mentah dan kondensat sekitar 342 ribu barel per hari

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Kilang Minyak
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Kilang Minyak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan pemerintah tentang jual beli minyak mentah Pertamina dari KKKS saat ini memasuki penjajakan baru. Setelah Chevron sudah lebih dulu sepakat dan mulai melakukan pengiriman minyak mentah ke kilang Pertamina, kini giliran ExxonMobile yang akan melakukan jual beli minyak mentah ini.

Sekretaris Perusahaan Pertamina Syahrial Mukhtar menjelaskan saat ini Pertamina sedang melakukan pembahasan dengan ExxonMobile tentang jual beli minyak mentah ini. "Masih dalam tahap diskusi. Kalau Chveron kan sudah shipping kemarin," ujar Syahrial, Senin (4/3).

Baca Juga

Namun, Syahrial belum bisa merinci berapa besar pasokan minyak mentah dari ExxonMobile yang akan diserap oleh Pertamina. Hanya saja, menurut catatan SKK Migas, produksi minyak jatah ExxonMobile di beberapa lapangan migas ExxonMobile sebesar 30 ribu barel per hari.

Sebelumnya, Pertamina juga telah melaksanakan lifting perdana minyak mentah (crude oil) bagian PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) di Blok Rokan, yang akan diolah di kilang minyak dalam negeri milik Pertamina.

Hal ini merupakan realisasi dari terbitnya Permen ESDM Nomor 42 Tahun 2018, yang mengatakan minyak mentah bagian KKKS diprioritaskan dijual ke Pertamina dan diolah di kilang minyak dalam negeri.

Selama ini, minyak mentah bagian Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) seperti PT CPI sebagian besar diekspor, sementara di sisi lain Pertamina masih harus mengimpor minyak mentah dan kondensat sekitar 342 ribu barrel per hari.

Minyak mentah yang dibeli oleh Pertamina adalah jenis Sumatran Light Crude (SLC) dan Duri Crude (DC) yang dihasikan oleh Blok Rokan, sebab sesuai dengan konfigurasi kilang minyak BUMN migas tersebut, sehingga dapat meningkatkan yield of valuable products di kilang Pertamina.

Dalam tahap awal, untuk periode Januari hingga Juni 2019, estimasi volumenya diperkirakan mencapai 2,5 juta barel per bulan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement