REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Keuangan fokus memperkuat basis investor ritel dengan meluncurkan Surat Berharga Negara (SBN) secara rutin. Tahun ini, total 10 SBN akan diluncurkan termasuk obligasi dan sukuk.
Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kementerian Keuangan, Dwi Irianti Hadiningdyah menyampaikan dari sisi volume penjualan kemungkinan akan lebih terdistribusi di sepanjang tahun. Tahun lalu, pemerintah menerbitkan lima SBN.
Dwi mengatakan dari lima kali penerbitan online, yakni tiga kali obligasi dan dua kali sukuk tabungan hingga Februari 2019 lalu, setiap penerbitan masih selalu mendapatkan investor baru di atas 50 persen. Ini dibuktikan dengan SID baru yang belum memesan di seri-seri sebelumnya.
"Ini adalah good news. Artinya yang sudah investasi masih mau terus berinvestasi dan pemerintah selalu mendapatkan investor baru," kata dia pada Republika.co.id, Ahad (3/3).
Dari investor baru yang ada lebih dari 50 persen adalah investor milenial. Saat ini nominal dari investor milenial memang belum sebesar investor baby boomer. Namun dalam lima hingga 10 tahun ke depan mereka menjadi investor yang potensial.
"Kalo dari sisi nominal kecil tapi jumlah investornya banyak maka akan menjadi sangat besar jadinya nanti," kata dia.
Hal ini akan memperkuat dan memperdalam pasar domestik. Penambahan investor baru juga sejalan dengan ekspektasi pemerintah untuk memperdalam pasar domestik melalui investor individu.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Luky Alfirman menyampaikan semakin banyak frekuensi penerbitan SBN akan menjadi pembelajaran bagi pasar. Meski akan berpengaruh pada segi volume capaian penjualan yang diprediksi akan lebih terdistribusi.
"Kita intinya ingin perluas investor domestik, ini menjadi pembelajaran dengan banyaknya frekuensi penerbitan," kata Luky.
Dengan dikeluarkan setiap bulan, masyarakat akan punya lebih banyak pilihan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Luky mengatakan jika dilihat dari historinya, volume penjualan SBN yang bisa diperjual belikan biasanya lebih banyak daripada yang non-tradeable.
Fiturnya dibuat sedemikian rupa termasuk imbal hasil 8,05 persen, pajak 15 persen, imbal hasil dibayarkan setiap bulan agar capaiannya bisa lebih besar. Imbal hasil turun dari SBN seri sebelumnya ST-003 sebesar 8,15 persen merupakan perhitungan berdasarkan kondisi pasar.
"Imbal hasil ini tergantung dari pergerakan pasar, bagaimana tren suku bunganya, ternyata turun maka kita turunkan juga," kata dia.
Kondisi pasar yang menentukan permintaan dan pasokan menjadi acuan dari penentuan nilai return. Untuk tingkat imbalan kupon SBN selanjutnya, Luky juga mengatakan akan bergantung pada kondisi pasar saat akan diterbitkan.
SR-011 memasang target Rp 10 triliun selama 21 masa penawaran dari 1-21 Maret 2019. Dwi menyampaikan tersebut ditentukan dari akumulasi target dari masing-masing mitra distribusi yang berjumlah 22 midis.