Kamis 28 Feb 2019 10:49 WIB

OJK: Sektor Jasa Keuangan Masih Stabil pada Januari

Rilis pertumbuhan ekonomi meningkatkan keyakinan investor.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
   Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso, saat peresmian Bank Wakaf Mikro (BWM) Sunan Gunung Jati Ba'alawy, Gunung Pati, Semarang, Sabtu (23/2/2019).
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso, saat peresmian Bank Wakaf Mikro (BWM) Sunan Gunung Jati Ba'alawy, Gunung Pati, Semarang, Sabtu (23/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan menilai stabilitas dan likuiditas sektor jasa keuangan dalam kondisi terjaga. Dikutip dari siaran pers OJK, Kamis (28/2), ini sejalan dengan penguatan kinerja intermediasi dan perbaikan profil risiko lembaga jasa keuangan pada bulan Januari 2019.

Beberapa sentimen positif mendorong penguatan pasar keuangan global dan aliran modal ke emerging markets, termasuk Indonesia. Kebijakan the Fed diperkirakan akan semakin akomodatif, terlihat dari pernyataan-pernyataan pejabat the Fed yang cenderung dovish. 

Hal ini menguatkan ekspektasi pasar bahwa the Fed belum akan meningkatkan suku bunga kebijakannya. Di samping itu, sentimen positif juga berasal dari turunnya tensi perang dagang seiring berlangsungnya perundingan dagang AS dan China. 

Sejalan dengan hal tersebut, masuknya investasi portofolio ke pasar keuangan domestik mendorong surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal terakhir tahun 2018. Sementara itu, rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2018 sebesar 5,17 persen yoy dinilai meningkatkan keyakinan investor bahwa permintaan akan semakin solid.

Ini diikuti dengan penguatan sektor produksi ke depannya. Sejalan dengan sentimen positif di atas, nilai tukar Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat di Bulan Januari 2019. Nilai tukar Rupiah menguat sebesar 2,9 persen mtm. 

Sementara, IHSG meningkat sebesar 5,5 persen mtm dengan investor nonresiden membukukan net buy sebesar Rp 13,8 triliun. Secara sektoral, kontributor terbesar kenaikan IHSG berasal dari sektor keuangan, infrastruktur, dan barang konsumsi. 

"Sentimen positif tersebut juga mempengaruhi relatif stabilnya yield di pasar SBN dan net buy investor nonresiden sebesar Rp16,7 triliun," katanya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement