REPUBLIKA.CO.ID, TUAPEJAT -- Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Archandra Tahar membantah PT Pertamina mengalami kerugian karena program Bahan Bakar Minyak (BBM) Satu Harga yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Salah satu yang disebut merugikan Pertamina adalah soal daya angkut.
"Banyak saya temukan ada isu Pertamina mengalami kerugian karena terbebani dana pengangkutan minyak ke seluruh Indonesia namun menjual dengan harga yang sama," kata dia saat meresmikan BBM Satu Harga di Tua Pejat, Mentawai, Sumatera Barat, Senin (26/2).
Ia mengatakan, soal bangkrutnya PT Pertamina itu hanya isu semata. Ada pihak yang sengaja menyebar melalui aplikasi grup-grup whatsapp dan membuat masyarakat percaya akan hal tersebut.
Arcandra memberikan contoh pemerintah baru saja berhasil menasionalisasi Blok Rokan. Blok ini dulunya diolah oleh PT Chevron di Provinsi Riau, dan ke depannya Pertamina akan melakukan eksplorasi di blok tersebut.
Ia memprediksi dari Blok Rokan, dari revenue saja dalam 20 tahun mendatang mencapai Rp800 trilun. Diperkirakan dalam satu tahun blok tersebut mampu menghasilkan uang untuk Pertamina sebesar Rp40 triliun.
Sementara dana yang dibutuhkan untuk membangun SPBU di 131 titik pada 2017 dan akan bertambah menjadi sekitar 170 titik pada 2019 sekitar Rp800 miliar. Menurut dia, dana yang dikeluarkan relatif sangat sedikit dibandingkan dengan keuntungan yang akan didapatkan Pertamina dalam beberapa tahun mendatang.
"Jadi tentu tidak benar Pertamina merugi dengan program tersebut karena keuntungan dari satu blok saja cukup besar," kata dia.
Dia mengatakan program BBM Satu Harga merupakan program Presiden Joko Widodo dalam mewujudkan sila kelima Pancasila yakni keadilan sosial bagi seluruh masyarakat. Presiden memberikan penugasan kepada Pertamina untuk menjual bahan bakar secara satu harga kepada seluruh rakyat Indonesia.
"Ini yang sedang dilaksanakan dan sejauh ini program terus berjalan dengan baik dan Pertamina tidak ada mengalami kerugian," katanya.