Senin 25 Feb 2019 18:03 WIB

Rupiah Menguat Dipicu Perkembangan Negosiasi Dagang

Perkembangan perang dagang berpengaruh terhadap negara berkembang.

Karyawan menghitung mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Karyawan menghitung mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, pada akhir pekan menguat 40 poin menjadi Rp 14.018 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.058 per dolar AS. Penguatan rupiah dipicu perkembangan positif negosiasi dagang Amerika Serikat dan China.

Analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi di Jakarta, Senin (25/2), mengatakan informasi terbaru bahwa Presiden AS Donald Trump akan menunda pemberlakuan tarif impor terhadap Cina memberikan harapan kepada pasar. "Meskipun Trump tidak bilang bakal tidak naikin, cuma ditunda, tapi itu menimbulkan ekspektasi pasar kalau negosiasinya berjalan dengan baik," ujar Dini. 

Baca Juga

Menurut Dini, masalah perang dagang memang sangat sensitif dan berpengaruh terhadap negara berkembang, termasuk Indonesia. Kabar penundaan pemberlakuan tarif impor oleh Trump tersebut, lanjutnya, sedikit meredakan kekhawatiran pasar terhadap kondisi ekonomi global.

"Mengingat IMF pernah bilang salah satu penyebab yang membuat outlook perlambatan ekonomi global adalah perang dagang. Ini ada kabar positif, setidaknya itu sedikit mengurangi kekhawatiran," kata Dini.

Nilai tukar (kurs) rupiah sendiri pada pagi hari dibuka menguat Rp 13.995 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp 13.995 per dolar AS hingga Rp 14.023 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin, menunjukkan rupiah menguat menjadi Rp 14.007 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp 14.079 per dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement