REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tarif yang mungkin diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap kendaraan impor akan menjadi pukulan tambahan bagi industri otomotif. Para produsen mobil harus berjuang lebih melawan perlambatan pasar yang terjadi di sejumlah negara.
Rencana kenaikan tarif terhadap mobil impor ke AS berhembus ketika penemuan penyelidikan ancaman produk tersebut terhadap keamanan nasional diterima oleh Trump pada Ahad (17/2). Penemuan ini disampaikan beberapa jam sebelum Cina melaporkan penurunan bulanan penjualan mobil.
Selain Cina, AS dan Eropa juga mengalami kondisi serupa. Hal ini memicu kecemasan terhadap industri otomotif yang sudah bergulat dengan penurunan laba di tengah tingginya pengeluaran untuk membiayai peralihan ke mobil listrik dan otonom.
Jepang juga sedang tergagap. Volume penjualan di pasar kecil lainnya tidak cukup mengimbangi penurunan di wilayah penjualan terbesar.
Analis industri otomotif berbasis Beijing, Gu Yatao, menilai, tekanan terhadap industri ini masih tetap ada. "Pemerintah belum mengadopsi kebijakan yang merangsang untuk memberikan kesempatan kepada pasar untuk tumbuh," tuturnya dikutip dari Business Standard, Selasa (19/2).
Perlambatan global telah memukul pendapatan hampir di seluruh produsen otomotif. Mulai dari Ford Motor Co hingga Volkswagen AG dan Toyota Motor Corp mengalami tekanan ketika mereka membelanjakan kendaraan listrik dan otonom.
Industri otomotif yang melambat semakin diperparah dengan pergolakan politik, perang dagang dan ‘kematian’ diesel yang merusak sentimen konsumen. Sementara itu, meningkatnya ketersediaan layanan ride-hailing (bisnis transportasi berbasis teknologi) dan layanan berbagi kendaraan juga membuat banyak orang merasa tidak terlalu membutuhkan kepemilikan mobil.
Analis di Macquarie Group Ltd, Janet Lewis, menilai, pasar mobil global akan stagnan atau tumbuh hanya satu persen di tahun ini. Kondisi tersebut diprediksi terjadi di tengah harapan terjadinya pemulihan pasar di Cina pada semester kedua. "Pasar Amerika dan Eropa akan berubah sedikit," katanya.
Nada pesimistis juga disampaikan analis di perusahaan riset, Fourin Corp, Zhou Jincheng. Menurutnya, pasar yang sudah matang sulit tumbuh secara signifikan. Kompleksitas lingkungan perdagangan global kini juga sedang tidak membantu.
Tercatat, penjualan dealer Cina anjlok 17,7 persen pada bulan lalu. Penyebabnya, ekonomi Cina melambat dan negosiasi dengan AS untuk gencatan senjata perang dagang terus berlangsung. Konsumen menjauh dari showroom, sekalipun pihak dealer sudah memberikan diskon di saat liburan tahun baru Cina. Pada 2018, pasar berkontraksi untuk pertama kalinya sejak awal 1990an.
Kondisi ini menyebabkan produsen yang telah menghabiskan miliaran dolar untuk menambahkan pabrik dan jalur produksi di Cina dalam beberapa dekade terakhir pesimistis terhadap pertumbuhan. Pabrikan asing nomor pertama di Cina, Volkswagen, memperkirakan, pasar Cina akan menyusut di semester pertama.
Permasalahan Jaguar Land Rover Automotive Plc di Cina memaksa perusahaan induknya mencatat write down (pengurangan estimasi atau nilai nominal aset) 3,9 miliar dolar AS pada bulan ini. Daimler AG dan BMW AG mengurangi perkiraan laba tahun lalu di tengah tekanan perang dagang Amerika dan Cina yang menekan permintaan mobil. Sementara, Hyundai Motor Co membiarkan para pekerjanya pergi.