Ahad 17 Feb 2019 21:05 WIB

HKTI Kirim 20 Petani Training di Thailand

Mereka akan belajar Nature Farming dan Teknologi EM (Effective Microorganism).

Ketua Umum HKTI, Moeldoko, melepas petani HKTI yang akan ikut pelatihan di Thailand,  di sekretariat HKTI Jakarta, Ahad (17/2).
Foto: Dok HKTI
Ketua Umum HKTI, Moeldoko, melepas petani HKTI yang akan ikut pelatihan di Thailand, di sekretariat HKTI Jakarta, Ahad (17/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) mengirimkan 20 orang kadernya ke Thailand untuk mengikuti program pelatihan pertanian berbasis alam dan teknologi yang akan berlangsung pada  18-28 Februari 2019. Program ini merupakan hasil kerja sama HKTI dengan PT Noorpay Nusantara Perkasa yang didukung oleh Asia Pacific Natural Agriculture Network dan Duta Besar RI di Thailand, Ahmad Rusdi.

Para kader pertanian HKTI tersebut akan mengikuti program pelatihan tentang Nature Farming dan Teknologi EM (Effective Microorganism) di Sara Buri Kyusei Nature Farming Center, Thailand. Ini adalah delegasi pertama dari beberapa rencana pengiriman petani oleh HKTI mengikuti berbagai training pertanian di negara yang dinilai maju dan berhasil pembangunan pertaniannya.

Ketua Umum HKTI, Moeldoko, menyambut baik terselenggaranya program ini. “Program ini sangat bagus dan dapat membantu memperbaiki sektor pertanian di Tanah Air, dan Indonesia harus sering belajar dari negara lain yang pembangunan pertaniannya maju dan berhasil,” kata Moeldoko dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (17/2).

Dalam banyak kesempatan Moeldoko selalu menekankan pentingnya melakukan modernisasi pertanian melalui berbagai inovasi dan pengembangan teknologi seperti pengembangan benih, bibit, pola tanam, pupuk, pemuliaan tanah, anti hama, dan lain-lain sehingga dapat meningkatkan produktivitas hasil panen dan produksi yang berkualitas unggul.

Ia menegaskan, teknologi pertanian juga harus digunakan dalam sarana dan prasarana pertanian agar dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi. “Meski begitu penerapan pertanian modern dan teknologi pertanian tetap harus dipadukan dengan nilai kearifan lokal masyarakat pertanian Indonesia sehingga tidak menghilangkan budaya baik yg sudah berkembang,” ujarnya..

Kerja sama pelatihan dengan Thailand merupakan langkah awal HKTI melahirkan sumber daya manusia unggul dalam menata pertanian modern. “Selain Thailand, HKTI juga sedang menjajaki kerja sama dengan Taiwan, Jepang, dan negara-negara lain yang maju dunia pertaniannya,” kata Moeldoko.

Dalam program pengiriman petani berlatih ke Thailand kali ini, HKTI berkolaborasi dengan PT Noorpay Nusantara Perkasa, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi finansial shariah yang memberikan wawasan, akses, dan bantuan dalam peningkatan kualitas hidup rakyat Indonesia.

Menurut pendiri dan Chief Executive Officer (CEO) PT Noorpay Nusantara Perkasa, Iskandar Purnomohadi, Noorpay kelak akan membantu rakyat Indonesia di bidang pendidikan, pekerjaan, dan peningkatan kualitas hidup rakyat Indonesia lainnya secara digital. 

Sebagai perusahaan anak bangsa, kata Iskandar, PT  Noorpay Nusantara Perkasa merasa terpanggil membantu petani. Keputusan itu mereka ambil  setelah beberapa waktu lalu jajaran pimpinannya bertemu dan berdiskusi dengan Moeldoko yang merupakan ketua umum HKTI. “Kala itu tercetus gagasan untuk mengirimkan sejumlah petani dan kader HKTI belajar pertanian ke luar negeri,” ungkap Iskandar.

Untuk kali ini negara yang menjadi pilihan adalah Thailand yang sangat serius meng-update teknologi dalam pertaniannya seperti Teknologi EM. Pertanian 4.0 Thailand fokus menerapkan teknologi tinggi untuk komoditas-komoditas utama dan komoditas-komoditas yang punya nilai terpadu seperti beberapa jenis sayuran dan buahan. “Bisa dikatakan bahwa strategi pertanian 4.0  Thailand ialah berkembang menurut cabang produk dan memprioritaskan komoditas ekspor,” kata Iskandar.

Di Negeri Gajah Putih tersebut, para kader HKTI peserta pelatihan akan mengikuti EM and Nature Farming Training di Sara Buri Kyusei Nature Farming Center, Thailand. Pusat pelatihan ini berjarak kurang lebih 120 km dari Bangkok.

Teknologi EM merupakan kultur campuran dari microorganisms yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. EM diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman.

Konsep penerapan EM dalam bidang pertanian telah dilakukan secara mendalam oleh Prof  Dr  Teruo Higa di Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang. Dalam skala luas, EM telah diterapkan oleh petani organic di Jepang, Thailand, dan berbagai negara lain termasuk Indonesia. “Thailand tergolong negara paling sukses memanfaatkan teknologi EM sejak digunakan pada 1980 karena dukungan kuat dari pemerintahnya,” tuturnya.

Iskandar menjelaskan, di samping diterapkan pada tanah dan tanaman, EM juga dapat diterapkan dalam pengolahan limbah untuk mempercepat penguraian air limbah, memperbaiki tanah dasar tambak untuk mempercepat pertumbuhan ikan dan udang, disemprotkan pada kandang ternak untuk menghilangkan polusi bau pada limbah ternak, dicampurkan pada air minum dan makanan ternak untuk memperbaiki mikroorganisme yang ada dalam perut ternak sehingga pertumbuhan dan produksi ternak menjadi meningkat. 

Selama berada di Sara Buri Kyusei Nature Farming Center, para petani akan mengikuti berbagai program pelatihan teori dan paktek pertanian berbasis Teknologi Mikroorganisme Efektif . “Materi pelatihan meliputi, antara lain, pengelolaan kebun dan pertanian sayuran, peternakan, budidaya ikan termasuk  udang. Mereka juga akan berlatih pengolahan sampah organik, pupuk organik (bokashi), dan perlindungan lingkungan,” papar Iskandar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement