Rabu 13 Feb 2019 18:28 WIB

AP I: Penurunan Penumpang Pesawat Mencapai 11 Persen

Penurunan penumpang tersebut terjadi di 13 bandara yang dikelola AP I

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Seorang calon penumpang pesawat udara berada di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, Rabu (13/2/2019).
Foto: Antara/Septianda Perdana
Seorang calon penumpang pesawat udara berada di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, Rabu (13/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkasa Pura (AP) I (Persero) mencatat adanya penurunan penumpang pada Januari 2019. Sekretaris Perusahaan AP I Handy Heryudhitiawan mengatakan pemantauan penurunan penumpang sudah dilakukan di seluruh bandara yang dikelola AP I.

"Kami menghitung seluruh 13 bandara untuk Januari 2019 mengalami penurunan sekitar rata-rata 11 persen," kata Handy kepada Republika, Rabu (13/2).

Handy menilai penurunan jumlah penumpang pada Januari 2019 bukan sepenuhnya karena persoalan kenaikan tarif tiket beberapa waktu terakhir ini. Dia menegaskan, pada dasarnya Januari hingga Februari setiap tahunnya memang memasuki masa low season.

Untuk itu, Handy mengharapkan peningkatan jumlah penumpang kembali terjadi setelah masa low season selesai. "Semoga pada bulan Maret sampai April 2019 kondisi membaik," ujar Handy.

Handy optimistis peningkatan jumlah penumpangmulai membaik usai periode low season. Menurutnya siklus penerbangan setiap tahunnya memang mengalami sepi penumpang setiap awal tahun.

Meskipun regulator bandara memandang low season juga menjadi faktor menurunnya penumpang namun tingginya harga tiket pesawat juga dinilai memberi dampak panjang. Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani Selain mengatakan selain terjadinya penurunan jumlah penumpang, juga berdampak pada berkurangnya omzet hotel dan restoran.

"Ada pengurangan antara 20 sampai 40 persen turunnya potensi. Itu sudah pengaruh," ujar Haryadi kepada Republika, Rabu (13/2).

Haryadi menuturkan penurunan 40 persen tersebut berada di wilayah Indonesia timur. Secara kebetulan, kata Haryadi, tiket menuju kawasan tersebut cukup mahal sehingga memberi dampak signifikan.

Harga tiket tersebut menurut Haryadi membuat banyak jadwal pertemuan nasional yang tadinya diselenggarakan di wilayah Indonesia timur terpaksa ditunda atau dipindahkan ke Pulau Jawa atau Indonesia bagian barat. Sementara untuk jadwal pertemuan daerah, turut melakukan penundaan atau pembatalan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement