Ahad 10 Feb 2019 19:21 WIB

YLKI: Perubahan Industri Penerbangan Harus Bertahap

Perubahan yang tiba-tiba akan merugikan konsumen hingga sektor lain terkait.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Indira Rezkisari
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi.
Foto: dok. Republika
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri penerbangan saat ini seakan-akan mulai mengalami perubahan dari biasanya. Mulai dari harga tiket yang tinggi hingga penerapan bagasi berbayar yang mulai diterapkan maskapai berbiaya hemat (LCC).

Ketua Umum Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menilai bisa saja saat ini industri penerbangan akan bermetamorfosa sebagai industri padat modal. Hanya saja, Tulus mengatakan jika memang hal tersebut terjadi maka tidak boleh melakukan perubahan yang tiba-tiba.

"Transformasi ini seharusnya tidak boleh diberlakukan secara ujug-ujug tetapi secara gradual," kata Tulus, Ahad (10/2).

Sebab, kata dia, dengan harga tiket pesawat yang mahal dan bagasi berbayar maka yang sangat merasakan dampaknya tidak hanya konsumen. Tulus mengatakan sektor pariwisata, UMKM, perhotelan, akan mengalami dampak yang juga sama parahnya seperti konsumen.

Bahkan, Tulus menilai pendapat operator bandara juga akan mengalami penurunan jika perubahan yang dilakukan maskapai secara tiba-tiba. "Ribuan jadwal penerbangan dibatalkan karena sepi penumpang. Manajemen Angkasa Pura I mengaku tiket pesawat mahal dan bagasi berbayar potensi pendapatannya berkurang Rp 170 miliar," jelas Tulus.

Di sisi lain, Tulus mengatakan industri penerbangan juga harus mewaspadai Tol Trans Jawa dan Trans Sumatra. Menurut Tulus, kedua tol tersebut akan mendorong migrasi penumpang pesawat menjadi pengguna tol, khususnya ke Yogyakarta, Semarang, Solo, dan Surabaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement