Sabtu 09 Feb 2019 17:06 WIB

Potensi Bisnis Budidaya Jamur Tiram Masih Terbuka Luas

Omset usaha jamur CV Asa Agro Corporation (AAC) mencapai Rp 1 milyar per bulan.

Red: EH Ismail
Budidaya jamur tiram yang dikembangkan CV Asa Agro Corporation (AAC)
Budidaya jamur tiram yang dikembangkan CV Asa Agro Corporation (AAC)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jamur dikenal sebagai bahan pangan eksotis dan  pamornya semakin menanjak saat ini. Banyak restoran, kafe, hotel yang menghidangkan menu jamur. Jamur mengandung serat, betaglucan, vitamin B, mineral, kalium dan beberapa jenis karbohidrat. Peminat dan penikmat jamur pun kini semakin banyak dari beragam kelas sosial.

Petani asal Cianjur, Triono Untung Piryadi, kian sukses mengembangkan usaha budidaya jamur tiram. Jaringan pemasaran jamur tiram tidak hanya di daerah Cianjur saja, tetapi sudah merambah Jakarta, Bogor, hingga sebagian lain Jawa Barat. Triono mampu menjual benih jamur tiram hingga ke Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera.

“Harga jual jamur cenderung stabil, saat ini sekitar Rp 14 ribu per kilogram," kata wirausahawan alumnus UGM itu.

Melalui CV Asa Agro Corporation (AAC) yang didirikannya 15 tahun lalu, omset usaha jamurnya telah mencapai Rp 1 milyar per bulan. Tiap hari, ia bisa menjual 3 - 5 ton jamur tiram dan 12 ribu baglog benih per hari. Tiap satu kilogram jamur dijual sekitar Rp 14 ribu dan harga satu baglog benih jamur Rp 4 ribu.

“Usaha saya menempati areal seluas 3 hektare dengan mempekerjakan 150 karyawan. Setidaknya saya sudah membina 50 plasma yang tersebar di Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi," ujar Triono.

Triono selalu mencoba dalam pengembangan budidaya jamurnya, "Awalnya saya hanya produksi 5 kilogram per hari. Maka jika panen 10 kilogram per hari mau jualnya susah sekali. Para pengecer di pasar banyak yang menolak jamur produksi kita. Menurut mereka, sudah punya pasar sendiri. Saya tidak putus asa. Saya terus mencoba menjual jamur karena saya yakin jamur yang saya kembangkan bisa menang di kualitas dan kemasan".

Lebih jauh Triono mengungkapkan, biaya produksi untuk satu siklus meliputi kubung ukuran 8 x 6 m2 dengan kapasitas 5 ribu log sekitar Rp 14,2 juta sudah termasuk baglog. “Panen bisa mencapai 1.750 kilogram dengan harga Rp 11.500 per kilogram. Paling tidak bisa diperoleh pendapatan Rp 20,1 juta atau keuntungan per siklus sekitar Rp 5,9 juta," terangnya semangat. “Untuk mendapatkan panen jamur yang stabil setiap hari paling tidak dibuat 5 kubung."

Disinggung mengenai upaya pengendalian hama dan penyakit, formula perangkap serangga buatannya sangat sederhana. “Cukup menggunakan oli bekas. Caranya, oles oli disekeliling kubung sehingga hama atau serangga menempel pada oli tersebut. Harganya murah dan aman,” ujar Triono.

Kasubdit Sayuran Daun dan Jamur, Indra Husni saat mengunjungi lokasi mengatakan Kementerian Pertanian terus berupaya meningkatkan produksi jamur di tengah peluang tingginya permintaan pasar. “Saat ini kebutuhan pasar belum bisa dipenuhi oleh petani jamur. Peluang usaha budidaya dan usaha olahan jamur masih terbuka luas. Usaha pak Triono ini patut dicontoh kaum milenial,” ungkap Indra Husni.

Indra menambahkan, Kementan bersama dinas pertanian daerah bertugas melakukan pembinaan atau fasilitasi kepada petani jamur. "Kami akan dorong sertifikasi benihnya," kata dia.

Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Cianjur, Supriatna Hasan mengatakan, masyarakat di Cianjur sudah lama mengenal budidaya jamur. “Dulunya jamur tiram banyak didatangkan dari Bandung. Tapi sekarang sudah banyak yang mengembangkan sendiri, karena prospeknya bagus," ujar pria yang akrab dipanggil Abah Hasan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement