Jumat 08 Feb 2019 17:59 WIB

'Perkuat NPI, Perbaiki Defisit Transaksi Berjalan'

Pariwisata dinilai sebagai salah satu sumbangsih perbaikan pada neraca jasa.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
Aktivitas ekspor impor
Foto: Republika/Prayogi
Aktivitas ekspor impor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Neraca Perbayaran Indonesia (NPI) 2018 mencatatkan defisit sebesar 7,1 miliar dolar AS. Ekonom Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan solusi memperkuat NPI ada di perbaikan defisit transaksi berjalan dengan dorong kinerja ekspor dan kendalikan impor.

"Surplus di transaksi modal dan finansial yang didorong oleh inflow modal asing jangka pendek sebenarnya rentan," kata dia pada Republika.co.id, Jumat (8/2). 

Ketika kondisi ekonomi terpapar perlambatan, maka dana asing itu berisiko keluar lagi. Selain itu pemerintah harus memberikan insentif agar dana asing yang sudah masuk tidak repatriasi keluar lagi. 

Kuncinya, kata Bhima, mendorong dana jangka pendek ke Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi langsung jangka panjang. Pariwisata dinilai sebagai salah satu sumbangsih perbaikan pada neraca jasa.

Baca juga, Neraca Pembayaran 2018 Masih Defisit

Target wisatawan mancanegara di 2018 sebesar 17 juta orang. Realisasi 2018 hanya 15.8 juta orang atau tumbuh 12,58 persen. Meski potensi pariwisata di Indonesia cukup besar, ada beberapa faktor seperti bencana alam, pemilu serentak, volatilitas kurs dan kondisi pelemahan ekonomi global menjadi tantangan arus wisman ke indonesia. 

Jepang yang menjadi salah satu negara penyumbang wisman mengalami resesi ekonomi. Imbasnya pertumbuhan wisman asal jepang turun 7,52 persen sepanjang 2018. Kesimpulanya, kata Bhima pariwisata tahun 2019 masih sulit dongkrak NPI.

Secara umum, defisit NPI 7,1 miliar dolar AS trennya memburuk dari tahun-tahun sebelumnya. Bhima menambahkan implikasinya pada kebutuhan valas semakin meningkat dan bisa menekan kurs rupiah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement