REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ADIRA Finance ingin mengejar pertumbuhan di semua portofolio kredit kendaraan bermotor dan elektronik. Direktur Utama Adira Finance, Hafid Hadeli mengatakan perusahaan tidak sedang dalam posisi terbatas sehingga harus menentukan fokus.
"Kalau Adira ingin semua disuruh lari sehingga tidak perlu tentukan fokusnya," kata Hafid usai peluncuran program Hari Cicilan Lunas (Harcilnas) 2019 di Jakarta Pusat, Kamis (7/2).
Pada 2018, Adira Finance membukukan pembiayaan Rp 38,2 triliun, naik 17 persen dari 2017. Proporsi pembiayaan yakni 98 persen untuk otomotif dan dua persen perangkat elektronik. Rinciannya, sebanyak 54 persen pada kendaraan roda dua, 44 persen kendaraan roda empat, dan sisanya perangkat elektronik.
"Tahun ini kita mungkin tidak beda jauh, portofolionya paling beda 1-2 persen," katanya. Hafid mengatakan penopang pertumbuhan kredit terbesar yakni dari kredit mobil baru sebesar 26 persen atau motor baru sebanyak 20 persen.
Baca Juga, Adira Finance akan Hapus Cicilan 250 Nasabah Loyal
Pertumbuhan juga dibarengi dengan kualitas kredit yang disebutnya cukup baik. Rasio kredit macet gross per Desember 2018 tercatat 1,7 persen dan nett di bawah satu persen. Per Desember 2018, total nasabah Adira sebanyak 2,9 juta nasabah aktif.
Pada 2019, Adira menargetkan pertumbuhan nasabah dan kredit 5-10 persen. Menurutnya, nilai tersebut masih cukup konservatif meski lebih kecil dibandingkan 2018. Ia memprediksi pertumbuhan kredit kendaraan bermotor akan tetap meningkat pada 2019.
Ini karena pertumbuhan ekonomi juga diproyeksikan tetap di atas lima persen. Sehingga Adira akan meningkatkan dari segi proses pemerolehan kredit agar dapat lebih banyak konsumen. Adira menguasai pangsa pasar 11,9 persen untuk sepeda motor baru, dan 4,9 persen untuk mobil baru.
Target pertumbuhan lebih kecil dari 2018 menurutnya karena ada tantangan suku bunga cukup tinggi pada 2019. Bank Indonesia telah meningkatkan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate menjadi 6,00 persen. Menurut Hafid, ADIRA tidak menerapkan kenaikan lebih dari suku bunga BI yakni 1,5 persen.
"Tahun ini tantangan suku bunga lebih tinggi dibanding tahun lalu, itu memengaruhi kemampuan orang untuk memiliki cicilan," kata dia. Meski demikian, ADIRA akan menjaga kredit macet dibawah dua persen meski kenaikan 0,1-0,2 persen tidak akan berpengaruh signifikan.