REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Memasuki awal 2019, tekanan inflasi DIY relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada Januari misalnya, inflasi DIY tercatat sebesar 0,42 persen (mtm) atau tercatat sebesar 2,53 persen (yoy).
Realisasi inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan realiasi inflasi periode yang sama tahun sebelumnya (0,55 persen mtm) maupun rata-rata inflasi Januari dalam tiga tahun terakhir yakni sebesar 0,77 persen (mtm).
"Namun demikian, pencapaian ini tetap perlu diwaspadai peningkatannya pada bulan-bulan mendatang, khususnya pada bulan-bulan padat kunjungan wisata yang dapat memberikan multiplier effect ke berbagai komoditas penyumbang inflasi," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Budi Hanoto, dalam rilisnya.
Menurut dia, dilihat dari komponennya, tekanan pada komponen inflasi inti tercatat sebesar 0,32 persen (mtm), atau relatif meningkat dari bulan sebelumnya. Inflasi inti pada Januari 2019 terutama dipengaruhi oleh komoditas konstruksi, yakni tarif tukang bukan mandor dan pasir, seiring berkembangnya pembangunan proyek pemerintah maupun swasta menyambut New Yogyakarta International Airport pada tahun ini.
Sementara itu, tarif makanan jadi seperti sate dan bubur juga tercatat meningkat. Pemicunya adalah kenaikan harga bahan baku utama, seperti beras dan daging ayam ras secara berturut-turut dalam beberapa bulan terakhir.Tekanan pada komponen administered price tercatat mereda, menjadi sebesar 0,54 persen (mtm).
Penurunan harga bahan bakar minyak non subsidi 5 Januari 2019 lalu menjadi sentimen positif penurunan tekanan inflasi, meskipun tekanan harga tarif angkutan udara akibat permintaan yang tinggi untuk arus balik liburan masih menjadi faktor tingginya inflasi administered prices. Komponen volatile food kembali mengalami penurunan tekanan inflasi menjadi sebesar 0,66 persen (mtm).
Menurutnya, penurunan tersebut dipengaruhi oleh mulai stabilnya pasokan telur ayam dan cabai merah, sehingga harga komoditas tersebut kembali menurun. Lebih lanjut Budi mengatakan Bank Indonesia bersama TPID (Tim Pemantau Inflasi Daerah) berkomitmen untuk terus memantau perkembangan harga dan kecukupan stok pangan.
Peningkatan sinergi dan koordinasi antar lembaga di TPID DIY menjadi penting dan kerjasama antar daerah akan terus dikembangkan, terutama dengan ditetapkannya Roadmap Pengendalian Inflasi DIY 2019-2022 yang akan menjadi guidance program bagi pengendalian inflasi di seluruh DIY.
“Dengan demikian diharapkan stabilisasi harga di daerah dapat terus terjaga dan sasaran inflasi 2019 sebesar 3,5 persen (yoy) dapat tercapai,” ujarnya.