Jumat 01 Feb 2019 09:05 WIB

Ketidakpastian Brexit Bawa Dolar AS Kembali Menguat

Pemerintah Inggris mengisyaratkan bahwa rencana Brexit kemungkinan dapat ditunda

Karyawan menghitung mata uang dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing. ilustrasi
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Karyawan menghitung mata uang dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS sedikit menguat pada akhir perdagangan Kamis (31/1) atau Jumat (1/2) pagi WIB. Penguatan dolar AS ini dipicu kejatuhan euro dan poundsterling yang tertekan oleh ketidakpastian tentang kesepakatan Brexit.

Jelang 57 hari sebelum Brexit berlangsung secara hukum, Perdana Menteri Inggris Teresa May belum mendapatkan kesepakatan Brexit. Sementara dilansir surat kabar Inggris The Guardian bahwa para pejabat Uni Eropa khawatir bahwa tidak adanya kesepakatan Brexit akan menimbulkan risiko underappreciated terhadap pasar keuangan Eropa.

Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt mengatakan dalam sebuah program TV pada Kamis (31/1) bahwa Brexit dapat ditunda karena pemerintah mungkin perlu waktu tambahan untuk meloloskan undang-undang utama.Pernyataan Hunt ini menggambarkan kebuntuan Brexit sebagai 'situasi yang sangat menantang'.

Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,1444 dolar AS dari 1,1481 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan poundsterling Inggris merosot menjadi 1,3111 dolar AS dari 1,3112 dolar AS pada. Dolar Australia naik menjadi 0,7264 dolar AS dari 0,7254 dolar AS.

Mata uang AS berdiri di 108,87 yen, lebih rendah dari 108,93 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9946 franc Swiss dari 0,9941 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3131 dolar Kanada dari 1,3148 dolar Kanada.

sumber : Antara/Xinhua
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement