REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan, mata uang rupiah tahun ini cenderung lebih stabil. Bahkan trennya akan menguat sepanjang tahun ini.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan, ada empat faktor pendorong penguatan kurs rupiah. Faktor pertama, berbagai kebijakan BI yang diambil tahun lalu dan persepsi risiko global menambah masuknya aliran dana masuk atau inflow.
"Kedua, The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) akan menaikkan Fed Fund Rate (FFR) dari tiga kali menjadi dua kali tahun ini," kata Perry di Jakarta, Rabu (30/1).
Faktor ketiga, kata dia, rupiah masih undervalue. Selanjutnya keempat, mekanisme pasar sudah jalan.
"Pelaku pasar sudah mulai pakai DNDF," kata Perry. Seperti diketahui, BI telah meluncurkan instrumen DNDF untuk menjaga kestabilan rupiah.
"Empat faktor ini kenapa kami melihat rupiah ke depan cenderung stabil dan tren menguat. Nilai tukar kita sekarang jadi Rp 14 ribu per dolar AS, kalau naik turun sedikit kan enak," kata Perry.
Lebih lanjut, kata dia, perekonomian Indonesia tahun ini akan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi ditargetkan berada di kisaran 5,1 persen sampai 5,4 persen.
Pertumbuhan tersebut akan didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Dengan pertumbuhan sekitar 5,1 sampai 5,5 persen.
"Hal itu berarti daya beli cukup baik," kata Perry. Ia menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 juga akan didorong oleh investasi yang tumbuh di kisaran 6,5 persen sampai 6,9 persen.