REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, menyebut sukses menekan impor jagung sebesar 3,5 juta ton per tahun sejak era Pemerintah Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Prestasi itu, kata dia di Gorontalo, Rabu (30/1), tidak lepas dari produksi jagung dalam negeri yang terus tumbuh berkat intervensi berbagai bantuan pemerintah.
"Tahun 2018 kami sudah ekspor 380 ribu ton. Memang ada impor 100 ribu ton, tapi yang terpenting kita sudah menyetop impor 3,5 juta ton atau setara Rp 10 triliun. Kalau tiga tahun berturut-turut berarti Rp 30 triliun," katanya saat panen jagung di Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo.
Pada panen jagung di lahan seluas 215 hektar itu, Mentan didampingi Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, Ketua Komisi IV DPR RI Roem Kono serta sejumlah unsur Forkopimda lainnya.
Dia juga memuji produksi jagung Provinsi Gorontalo yang mencapai 1,5 juta ton tahun 2018, yang 109 ribu ton di antaranya bahkan di ekspor ke Filipina dan negara Asia lainnya. Ekspor tersebut memiliki nilai devisa mencapai 29,55 juta dolar AS atau setara Rp 412,75 miliar.
Sementara itu, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengakui jika pemerintah pusat melalui Kementan banyak membantu Gorontalo dalam hal produksi jagung. Sebelumnya alokasi bibit jagung dan pupuk hanya mencapai 30 ribu hektare, namun pada 2018 meningkat menjadi 143 ribu hektare.
"Petani diperhatikan. Mulai dari bibit dan pupuk yang tepat waktu hingga harga jagung yang dijaga tetap stabil sehingga petani bergairah lagi menanam jagung. Dulu harga jagung hanya Rp 800, sekarang paling rendah Rp 3.150. Kalau harganya anjlok, Bulog yang maju," ujarnya.
Kunjungan Amran Sulaiman di Gorontalo merupakan yang ke-9 kalinya dilakukan selama empat tahun terakhir. Selain menghadiri panen jagung, juga melepas ekspor 8.160 ton tepung kelapa PT Royal Coconut dengan tujuan Hamburg, Cina dan Amsterdam.