Rabu 30 Jan 2019 14:59 WIB

Penerbitan Sukuk Global Diprediksi Naik di 2019

Pengeluaran infrastruktur mendorong penerbitan sukuk di Timur Tengah dan Malaysia.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Sukuk Ritel (ilustrasi)
Foto: Antara
Sukuk Ritel (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Pengelola sukuk terbesar di dunia mengharapkan penerbitan sukuk naik pada 2019. Hal ini karena pemerintah di negara-negara penghasil minyak berusaha untuk mengisi kekurangan anggaran setelah harga minyak mentah menurun pada tahun lalu, meskipun ada kenaikan di baru-baru ini.

CIMB Group Holdings Bhd dan Malayan Banking Bhd, yang menempati peringkat pertama dan ketiga sebagai manajer pada tahun 2018, memperkirakan penerbitan surat utang yang sesuai dengan larangan agama untuk meningkatkan bunga tahun ini, tanpa memberikan angka spesifik. Penjualan sukuk turun menjadi 45,7 miliar dolar AS tahun lalu dari rekor 56 miliar dolar AS pada 2017, menurut data Bloomberg.

"Kami memperkirakan angka 2019 akan membaik setelah melemah pada 2018 karena negara-negara yang bergantung pada minyak mengeluarkan utang untuk mendanai setiap potensi defisit anggaran," kata Caroline Teoh, kepala regional perbankan investasi dan penasehat di Maybank, dilansir Gulf Times, Rabu (30/1).

Malaysia, pasar sukuk terbesar, menghadapi defisit anggaran yang melebar setelah harga minyak mentah Brent merosot 20 persen tahun lalu, di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan dan perlambatan ekonomi global, serta berkurangnya pendapatan dari pajak konsumsi. Brent telah melonjak kembali 14 persen tahun ini menjadi 61,50 dolar AS per barel, yang dapat mempengaruhi penjualan dari UEA dan Arab Saudi.

Rafe Haneef, kepala eksekutif di cabang syariah CIMB, melihat pengeluaran infrastruktur mendorong penerbitan sukuk di Timur Tengah dan Malaysia. Caroline Teoh di Maybank juga mengatakan penjualan dari Timur Tengah akan menjadi wildcard, karena penawaran mungkin berfluktuasi tergantung pada harga minyak.

Mohieddine Kronfol, chief investment officer untuk sukuk global di Franklin Templeton Investments, memperkirakan permintaan sukuk akan meningkat. "Ketidakpastian besar adalah ke mana harga minyak akan pergi," kata Mohamed Damak, kepala global keuangan Islam di S&P Global Ratings. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement