REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (29/1) sore melemah sebesar 22 poin ke posisi Rp 14.094 dibandingkan sebelumnya Rp 14.072 per dolar AS. Analis pasar uang Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi mengatakan, nilai tukar rupiah melemah karena pasar masih menunggu pengumuman kebijakan moneter The Fed.
Hari ini rupiah bergerak relatif stabil. "Memang penguatan rupiah bakal konsolidasi di area ini. Buat menguat jauh dari Rp 14.000 memang agak berat ya buat jangka pendek ini. Pasar soalnya masih nunggu hasil rapat The Fed, sama data Non Farm Payroll atau NFP Amerika di akhir pekan," ujar Dini.
Meskipun sebesarnya ada kemungkinan The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuannya tahun ini, lanjutnya, namun perlu diingat bahwa prospek perlambatan ekonomi global masih terus diantisipasi oleh pasar. "Trump juga hari ini katanya mengancam lagi bakal melakukan shutdown lagi. Kalau sudah begini, potensi pasar beralih ke aset safe haven dan mata uang emerging market suka jadi korban," kata Dini.
Selain itu, Rabu (30/1) besok juga ada pemungutan suara (voting) parlemen Inggris dan Perdana Menteri Inggris Theresa May akan memberikan rencana cadangan (plan B) terkait Brexit. "Ini kalau terjadi apa-apa lagi soal Brexit biasanya suka pengaruh ke kurs dolarnya. Pengaruh kurs dolar biasanya bakal jadi sentimen penggerak ke rupiahnya," ujar Dini.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi awalnya dibuka menguat Rp14.070 per dolar AS kemudian bergerak melemah. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp 14.070 hingga Rp 14.164 per dolar AS. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.098 dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.038 per dolar AS.