REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Kementerian Pertanian, terus mengembangkan padi hibrida. Saat ini, padi hibrida dengan varietas baru telah lulus dari sidang pelepasan varietas. Adapaun varietas yang siap diproduksi secara massal ini, yakni Hipa Arize 86 dan Hipa 21.
Pemulia Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Sukamandi, Satoto, mengatakan, dua varietas padi hibrida ini ditelitinya cukup lama. Baru tahun ini, varietas tersebut lulus sidang pelepasan. Karenanya, di pengujung Januari ini keduanya menambah daftar panjang varietas yang diproduksi di kebun penelitian Sukamandi, Kecamatan Ciasem, Subang ini.
"Hadirnya dua varietas padi hibrida ini, merupakan upaya inovasi pemerintah dalam membuka peluang ekspor dan swasembada beras," ujar Satoto, kepada Republika.co.id, Senin (28/1).
Menurut Satoto, alasan pemerintah mengembangkan padi hibrida, karena semakin hari padi ini banyak diminati. Bahkan, banyak petani mencari varietas ini. Mengingat, padi hibrida sangat cocok ditanam di negara tropis. Seperti, Indonesia.
Keunggulan lain dari varietas ini, kata dia adalah hasil panennya juga melimpah. Serta, bisa hidup di semua jenis lahan, baik kering maupun basah. Sehingga, varietas ini memiliki tempat tersendiri di hati para petani.
Padi hibrida, sambungnya, merupakan produk persilangan antara dua tetua padi yang berbeda genetik. Hibrida turunanya, akan memiliki vigor dan daya hasil yang lebih tinggi dari kedua tetua tersebut.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Sukamandi, Priatna Sasmita, mengatakan, selama 2018 ada 19 varietas padi unggul hibrida yang dirilis oleh pemerintah. Di awal 2019, ada tiga varietas padi hibrida yang dikembangkan. Dua di antaranya sudah lulus persidangan menuju pelepasan.
"Dua varietas ini, telah diteliti selama lima tahun terakhir. Penantianya cukup panjang," ujarnya.
Priatna menuturkan, Hipa Arize 86, memiliki karakter umur 115 hari. Tekstur nasi pulen. Produktivitas rata-rata, 9,54 ton per hektar. Adapun potensial hasilnua mencapai 12,8 ton per hektar.
Varietas ini, tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, dan 3. Memiliki ketahanan terhadap penyakit HDB patotipe III, IV, dan VIII. Terutama pada fase vegetatif. Serta bereaksi agak tahan terhadap penyakit Blas ras 073.
Sedangkan, Hipa 21, memilik umur 113 hari, hasil rata-rata 8,99 ton GKG. Serta, potensial hasil 11,11 ton GKP. Tekstur nasi pulen. Hibrida ini, bereaksi agak tahan wereng coklat biotipe 1. Memiliki ketahanan terhadap penyakit HDB, terutama patotipe III pada fase vegetatif. Serta bereaksi agak tahan terhadap penyakit Blas ras 073.