Sabtu 26 Jan 2019 08:30 WIB

Harga Minyak Naik di Tengah Ketegangan Amerika-Venezuela

Pasokan minyak dunia dikhawatirkan makin ketat di tengah konflik Amerika-Venezuela.

Ratusan orang menggelar aksi damai di berbagai kota di Venezuela sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.
Foto: EPA
Ratusan orang menggelar aksi damai di berbagai kota di Venezuela sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak memperpanjang kenaikannya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB). Hal itu dipicu oleh kekhawatiran atas pasokan global yang lebih ketat di tengah ancaman sanksi AS terhadap sektor minyak Venezuela melebihi kenaikan persediaan AS.

Minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret naik 56 sen AS menjadi menetap pada 53,69 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret naik 55 sen AS menjadi ditutup pada 61,64 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Baca Juga

Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan pada Kamis (24/1) bahwa ia akan menutup kedutaan dan konsulat negara itu di Amerika Serikat. Keputusan itu dibuat sehari setelah memutuskan hubungan "diplomatik dan politik" dengan Washington.

Maduro memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat setelah pengakuan resmi Presiden AS Donald Trump atas pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden sementara.

Para pedagang semakin khawatir tentang kemungkinan sanksi-sanksi AS terhadap perdagangan minyak Venezuela dan pasokan global yang lebih ketat, di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Caracas.

"Dengan sanksi-sanksi yang sudah di Iran, sanksi-sanksi lebih lanjut yang diterapkan kepada Venezuela bisa melihat harga minyak melonjak sangat cepat karena pasokan semakin ketat," kata Jasper Lawler, kepala penelitian untuk London Capital Group, yang dikutip oleh MarketWatch.

Pasokan energi global sebagian didukung oleh lonjakan persediaan minyak mentah AS. Jumlah rig pengeboran minyak AS yang aktif, yang menawarkan petunjuk tentang aktivitas produksi di masa depan, naik 10 rig menjadi 862 rig pekan ini, menurut data yang dirilis oleh perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes pada Jumat (25/1).

Sementara itu, Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan pada Kamis (24/1) bahwa persediaan minyak mentah negara itu melonjak delapan juta barel dalam pekan yang berakhir 18 Januari, tertinggi dalam dua bulan. Dengan 445 juta barel, persediaan minyak mentah AS sekitar sembilan persen di atas rata-rata lima tahun untuk sepanjang tahun ini, menurut Laporan Status Minyak Mingguan oleh EIA.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement