Kamis 24 Jan 2019 12:01 WIB

Dorong Ekspor Jasa Melalui Good Design Indonesia 2019

Desain tak hanya bernilai seni tinggi tetapi juga punya sisi komersial.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Arlinda (tengah) dalam acara peluncuran Good Design Indonesia 2019 di Kantor Kemendag, Jakarta, Kamis (24/1).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Arlinda (tengah) dalam acara peluncuran Good Design Indonesia 2019 di Kantor Kemendag, Jakarta, Kamis (24/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan melalui Direktorat  Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) mendorong kinerja ekspor melalui program peningkatan daya saing produk berbasis desain dalam ajang Good Design Indonesia (GDI). Acara tahunan ini juga diharapkan mampu menciptakan peluang untuk ekspor jasa. 

Direktur Jenderal PEN Arlinda mengatakan, GDI merupakan sebuah pengakuan yang diberikan kepada desainer atau pelaku usaha berorientasi ekspor atas keberhasilan menciptakan desain produk. "Tidak hanya yang bernilai seni tinggi, juga harus memiliki sisi komersial untuk dapat masuk ke pasar ekspor," ujarnya ketika ditemui usai peluncuran GDI 2019 di Kantor Kemendag, Jakarta, Kamis (24/1). 

Melalui prestasi di ajang GDI, Arlinda berharap, para pemenang dapat ’naik kelas’. Sebab, pemenang terpilih akan dikirim ke kompetisi desain internasional di Jepang, G-Mark. Tiap tahunnya, kompetisi ini diikuti lebih dari 4.000 peserta dari sejumlah negara seperti Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Singapura, China, Hong Kong, dan India.

Pada GDI 2019, Kemendag kembali bekerja sama dengan Japan Institute of Design Promotion (JDP) yang merupakan pihak penyelenggara G-Mark Melalui kerja sama dengan JDP tersebut, diharapkan penganugerahan GDI juga berhasil membangun reputasi Indonesia di kancah global sebagai salah satu barometer perkembangan desain di dunia.

Arlinda mengakui, sejak pelaksanaan GDI pada 2017 dan 2018, pihaknya belum dapat melihat nilai potensi ekspor dari karya desain para pemenang. Namun, ia optimistis, platform ini mampu membantu pemerintah untuk diversifikasi produk ekspor sebagai upaya peningkatan nilai ekspor, termasuk jasa. "Sebab, kita tidak hanya fokus mengembangkan pasar, juga produk yang dapat kita hasilkan," katanya. 

Dalam acara G-Mark di Jepang nanti, Arlinda mengatakan, setidaknya ada 140 negara yang datang untuk berkompetisi. Mereka diharapkan dapat menjadi buyer yang membeli karya desainer Indonesia. Khususnya konsumen Jepang sebagai tuan rumah kompetisi. 

Pada penyelenggaraan yang ke-3 pada 2019 ini, Arlinda menjelaskan, terdapat penambahan kategori produk. Dari biasanya hanya enam kategori, tahun ini menjadi 16 kategori dengan masa pengumpulan mulai 24 Januari sampai 24 Maret 2019. Penambahan kategori ini sebagai bentuk dukungan terhadap produk-produk Indonesia agar dapat diterima pasar mancanegara. Ke-16 kategori tersebut di antaranya life products (household items), life products (for healthcare and hobby), life products (daily necessities) dan activities for the general public

Arlinda menjelaskan, pembeda GDI dengan ajang desain Iain di Indonesia adalah fokus penjurian yang menekankan tidak hanya dari desain, juga segi komersial suatu produk yang memiliki peluang di pasar ekspor. “Dengan kata Iain, GDI ini ditujukan kepada produk-produk yang berorientasi ekspor,” ucapnya. Adapun tim juri akan terdiri dari para desainer, pelaku usaha, dan tokoh masyarakat yang diharapkan dapat turut membuka peluang pasar bagi desain yang meraih penghargaan GDI. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement