REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Kementerian BUMN merotasi Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V). Langkah ini sebagai bagian dari penyegaran untuk meningkatkan kinerja perusahaan perkebunan sawit dan karet milik negara tersebut.
Kepala Bagian Sekretaris Perusahaan PTPN V Hery Augusman di Pekanbaru, Riau, Rabu (23/1), mengatakan Mohammad Yudayat yang sebelumnya menjabat Direktur Utama (Dirut) PTPN V digantikan oleh Jatmiko Krisna Santosa. "Bapak Jatmiko diamanahkan pemegang saham sebagai Direktur Utama PTPN V per tanggal 16 Januari 2019 lalu," katanya.
Krisna bukan merupakan sosok asing dalam tubuh Holding PTPN III (Persero), induk perusahaan PTPN V. Ia mengatakan Krisna sebelumnya menjabat sebagai Direktur Keuangan Holding PTPN III (Persero).
Sementara itu, Dirut PTPN V sebelumnya, Mohammad Yudayat saat ini dipercaya menduduki jabatan baru sebagai Direktur Keuangan Holding PTPN III (Persero), menggantikan posisi yang ditinggalkan Krisna. Hery menuturkan bahwa rotasi jabatan ini merupakan bentuk penyegaran pada tubuh perusahaan milik negara sebagai upaya meningkatkan daya saing ditengah ketatnya persaingan industri.
"Penyegaran direksi anak perusahaan ini untuk dapat terus meningkatkan kinerja usaha dan melakukan perubahan budaya perusahaan berbasis jujur, tulus, ikhlas, sehingga terus tumbuh berkembang dan berkesinambungan di tengah ketatnya kompetisi industri," jelasnya.
Mohammad Yudayat mulai menjabat Dirut PTPN V, perusahaan perkebunan milik negara terbesar di Riau tersebut sejak Februari 2017 silam. Berdasarkan catatan, kinerja Yudayat di tahun pertamanya cukup baik. Dia berhasil membawa 12 pabrik kelapa sawit (PKS) milik PTPN V merengkuh sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).
Sertifikat itu merupakan modal penting PTPN V menjaga nama baik Indonesia dalam pasar minyak sawit dunia. Selain itu, Yudayat juga terus menerapkan sistem efektif dan efesien dalam perusahaan sehingga perusahaan yang berkantor pusat di Jalan Rambutan, Kota Pekanbaru itu, membukukan pendapatan mencapai Rp 1,12 triliun sepanjang 2017. Pendapatan itu meningkat hampir 30 persen dibanding pendapatan pada 2016 yang tercatat sebesar Rp 872,3 miliar.
Peningkatan pendapatan dan laba yang telah diaudit oleh lembaga auditor terpercaya tersebut mayoritas ditopang dari sektor hulu dan hilir perkebunan sawit. Sepanjang 2017 lalu produksi tandan buah segar (TBS) sawit mencapai lebih dari 1,18 juga ton atau meningkat 4,14 persen di atas rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP).