Selasa 22 Jan 2019 12:25 WIB

Empat Langkah Sinkronkan Kereta Cepat dan LRT

Kereta cepat perlu tersambung dengan LRT Bandung Raya.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Friska Yolanda
Pekerja menyelesaikan konstruksi terowongan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung di Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (21/11).
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Pekerja menyelesaikan konstruksi terowongan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung di Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat segera melakukan empat langkah untuk sinkronisasi pembangunan Kereta Cepat Jakarta- Bandung dan delapan trase Light Rail Transit (LRT) atau kereta ringan Bandung Raya. Hal utama yang perlu dilakukan adalah penentuan jalur kedua moda transportasi tersebut.

Sekda Jabar Iwa Karniwa, kereta cepat ini harus tersambung dengan LRT di Bandung Raya, yakni Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Sumedang. "Sesuai arahan Gubernur, yakni yang pertama begitu kereta cepat selesai, konektivitasnya seperti apa," ujar Iwa seusai pertemuan dengan pihak pembangun kereta cepat di Gedung Sate, Selasa (22/1).

Pembangunan kereta cepat ini, kata dia, dilakukan oleh berbagai pihak dalam sebuah konsorsium bernama Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI). Di dalamnya terdapat PT Jabar Moda Transportasi yang merupakan anak BUMN Jabar PT Jasa Sarana.

Setelah dilakukan kajian oleh Tim Akselerasi Pembangunan Jabar, pengembang kereta cepat dan Dinas Perhubungan Jabar, ternyata pembangunan LRT Bandung Raya tidak pas jika dilakukan secara business to business. Investasi, kata dia, baru bisa masuk dalam proyek tersebut jika berpola Kerjasama Badan Usaha dan Pemerintah (KPBU).

Hal kedua, pematangan trase dari Telalluar ke beberapa trase di Bandung Raya. "Kemudian di Tegalluar ada TOD (Transit Oriented Development), sudah diusulkan kepada Kementerian Perhubungan," katanya.

Langkah sinkronisasi ketiga, kata dia, adalah konsolidasi rencana pembangunan LRT ini dengan berbagai pihak, terutama dengan pemerintah pusat. Dengan demikian, dapat diketahui pihak mana saja yang melakukan masing- masing programnya.

"Karena ini menyangkut investasi besar dan juga yang pertama barang kali di Indonesia, yang khusus kaitannya dengan kareta cepat yang nyambung dengan LRT," katanya.

Langkah keempat, kata Iwa, konsolidasi pemerintah provinsi dengan pihak terkait. "Sekarang yang sudah dilakukan apa saja lalu tinggal apa saja, supaya ini juga bisa segera selesai," katanya. 

Terkait proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung, Iwa mengatakan, sampai dengan 22 Januari 2018, perkembangannya cukup signifikan. Total panjang relnya sekitar 142,3 kilometer, mulai dari Halim Perdanakusuma di DKI Jakarta Karawang di kilometer 41, lalu Walini di kilometer 96, dan Tegalluar di kilometer 142. Apabila nanti dilanjutkan ke Bandara Kertajati, dibutuhkan sekitar 70 kilometer lagi.

"Kami pun kini tengah mengurus perizinan dengan Kementerian ESDM terkait izin tambang untuk pembangunan kereta cepat. Kajian lanjutan tentang LRT dan TOD Tegalluar pun masih dilakukan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement