REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peningkatan investor domestik memainkan peran sangat signifikan dalam mempertahankan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama 2018. Semakin banyaknya jumlah investor domestik membuat indeks tidak jatuh terlalu dalam saat terjadi aliran dana keluar (capital outflow) yang cukup agresif pada akhir 2018.
Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Risa Effennita Rustam menyampaikan portofolio investor Indonesia secara total bertambah sekitar 450 ribu menjadi 1,6 juta investor pada 2018. Jumlah ini termasuk investor di obligasi, saham, dan reksa dana.
"Meski peningkatan cukup signifikan, kita tetap punya pekerjaan untuk terus memperkenalkan investasi yang menarik pada masyarakat," kata dia saat pembukaan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), di Jakarta, Senin (21/1).
Direktur Panin Asset Management, Ridwan Soetedja mengatakan peningkatan jumlah investor ini menjadi bukti bahwa masyarakat mulai tertarik pada instrumen investasi dengan return bervariasi, seperti saham dan reksa dana. Di sisi lain, membawa keuntungan membuat pasar lebih stabil.
"Pada 2018 itu terjadi capital outflow yang cukup besar tapi harga saham kita tetap bisa naik, meski di awal tahun ada kombinasi dengan capital inflow lagi," kata Ridwan.
Dengan tekanan global yang sama, Indonesia bisa mempertahankan indeks tidak turun terlalu dalam seperti yang terjadi pada negara lain. Selain itu didukung dengan performa perusahaan besar untuk mempertahankan fundamentalnya dengan baik di masa paceklik.
Baca juga, IHSG Januari Terus Alami Penguatan
Saham-saham LQ45 tercatat tetap bisa menguat 0,11 persen secara tahun ke tahun, Senin (21/1). Ridwan mengatakan banyak investor domestik masuk saat pasar turun sehingga harga saham bisa menahan. Mereka masuk mayoritas melalui reksa dana.
"Sehingga kita cukup optimis tahun 2019 ini akan lebih baik, karena kondisi global membaik dan jumlah investor dalam negeri pasti akan terus bertambah," kata dia.
Investor reksa dana meningkat karena akses masyarakat ke sana semakin mudah. Juga faktor literasi keuangan yang semakin membaik. Ridwan memprediksi porsinya akan semakin tinggi sehingga bursa Indonesia akan semakin stabil.
Laba perusahaan swasta pun diproyeksikan bertumbuh 13-14 persen meski dalam beberapa waktu terakhir pemerintah fokus melibatkan perusahaan BUMN. Ridwan menilai pemerintah akan mulai membagi porsi dengan swasta dalam menjalankan peran perekonomian.
Ia menyarankan agar investor lebih variatif dalam kepemilikan instrumen investasi. Seperti berbagai kategori reksa dana diantaranya pasar uang, saham, pendapatan tetap. Meski tetap harus disesuaikan dengan kebutuhan dan portofolio investor.