Rabu 16 Jan 2019 16:04 WIB

Impor Melejit, Mendag: Artinya Pembangunan Berjalan

Mendag ingin agar produk-produk Indonesia mendapat akses pasar lebih besar.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Foto: Republika/Neni Ridarineni
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita menyatakan impor nonmigas yang meningkat sepanjang 2018 adalah karena banyaknya masuk barang modal dan bahan baku. Keduanya diperlukan untuk pembangunan.

"Kalau melihat pertumbuhan impor, tentu meningkatnya impor nonmigas lebih banyak karena barang modal dan bahan baku," kata Mendag di KBRI Washington DC, Amerika Serikat, Selasa waktu setempat atau Rabu pagi WIB.

Menurut dia, dengan banyaknya barang modal dan baku masuk ke Indonesia juga mengindikasikan bahwa berarti pembangunan dan investasi berjalan. Hal tersebut, lanjutnya, berbeda kondisinya bila misalkan peningkatan impor adalah diakibatkan karena konsumsi yang tinggi.

Untuk jangka menengah, Enggartiasto menginginkan agar Indonesia mendapatkan akses pasar yang besar dan memperluas ke pasar nontradisional sebagai upaya guna meningkatkan ekspor.

Ia megingatkan bahwa pertumbuhan perekonomian dunia mengalami perlambatan pada periode 2016-2018. Sejumlah lembaga multilateral seperti Bank Dunia dan IMF telah memberikan proyeksi pertumbuhan pada tahun 2019 yang dapat dinilai sebagai proyeksi yang suram.

Baca juga, Defisit Neraca Dagang 2018 Terparah Sejak 1975.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengingatkan perlunya upaya untuk mendorong ekspor nonmigas agar neraca perdagangan tidak lagi mengalami defisit yang terlalu lebar.

"Yang perlu betul kita lakukan adalah mendorong ekspor nonmigas," kata Darmin saat ditemui di Jakarta, Selasa (15/1).

Darmin mengatakan tindakan itu telah dilakukan pemerintah terutama ke pasar nontradisional seperti Afrika yang sedang tumbuh meski hasilnya tidak terlihat dalam waktu cepat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada 2018 mengalami defisit mencapai 8,57 miliar dolar AS. Defisit terjadi karena angka impor, terutama dari sektor migas meningkat tajam. Sementara surplus nonmigas tak mampu mensubtitusi impor. 

"Kalau kita lihat penyebabnya adalah lebih karena defisit migas yakni 12,4 miliar dolar AS. Sementara nonmigasnya kita masih surplus 4,8 miliar dolar AS," kata Kepala BPS Suharyanto di Jakarta, Selasa (15/1).

Jadi, lanjutnya, yang perlu menjadi perhatian utama adalah sektor migas. Impor hasil minyak mentah menyebabkan defisit 4,04 miliar dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement