Rabu 16 Jan 2019 13:40 WIB

Ekspor Jatim pada Desember 2018 Alami Penurunan

Penurunan disebabkan oleh sektor migas dan nonmigas yang sama-sama menurun.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi ekspor impor.
Foto: ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Ilustrasi ekspor impor.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat, ekspor Jawa Timur pada Desember 2018 mengalami penurunan sebesar 5,18 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Ekspor Jatim turun dari 1,61 miliar dolar AS menjadi 1,53 miliar dolar AS. Pun dibandingkan Desember 2017, nilai ekspor Jatim juga turun sebesar 1,16 persen.

"Penurunan nilai ekspor pada Desember 2018 tersebut lebih disebabkan oleh kinerja ekspor sektor nonmigas maupun ekspor migas yang sama-sama mengalami penurunan," kata Kepala BPS Jatim Teguh Pramono di Surabaya, Rabu (16/1).

Teguh menjelaskan, apabila dibandingkan bulan sebelumnya, ekspor komoditas nonmigas Jatim pada Desember 2018, turun sebesar 0,80 persen, yaitu dari 1,50 miliar dolar AS menjadi 1,49 miliar dolar AS. Nilai ekspor nonmigas tersebut menyumbang sebesar 97,39 persen dari total ekspor Jatim.

Hal yang sama terjadi pada komoditas migas yang turun sebesar 64,17 persen dibanding bulan sebelumnya, yaitu dari 111,66 juta dolar AS menjadi 40,01 juta dolar AS. Komoditas migas hanya menyumbang 2,61 persen dari total ekspor Jawa Timur pada Desember 2018.

Jika dikelompokkan berdasarkan golongan barang (HS) 2 digit, maka pada Desember 2018, golongan Perhiasan/Permata (HS 71) masih menjadi komoditas ekspor nonmigas utama Jawa Timur. Adapun nilai transaksinya sebesar 231,03 juta dolar AS. Nilai tersebut naik sebesar 62,47 persen jika dibandingkan dengan transaksi bulan sebelumnya yang 142,20 juta dolar AS. 

"Perhiasan/Permata ini berkontribusi sebesar 15,50 persen pada total ekspor nonmigas Jawa Timur bulan Desember 2018. Golongan komoditas ini paling banyak diekspor ke Singapura dengan nilai 90,34 juta dolar AS," ujar Teguh.

Jika dilihat menurut negara tujuan utama ekspor nonmigas Jatim, Amerika Serikat adalah negara tujuan utama ekspor Jawa Timur pada Desember 2018, disusul ke Jepang dan Tiongkok. Selama Desember 2018, ekspor nonmigas Jawa Timur ke Amerika Serikat mencapai 228,93 juta dolar AS. Sedangkan ekspor ke Jepang dan Tiongkok berturut-turut mencapai 184,36 juta dolar AS dan 169,78 juta dolar AS.

Seiring dengan ekspor, impor Jawa Timur pada Desember 2018 juga mengalami penurunan. Penurunan yang terjadi sebesar 6,61 persen dibandingkan November 2018, yaitu dari 2,31 miliar dolar AS menjadi 2,16 miliar dolar AS.

"Kondisi yang turun ini ditunjukkan oleh kinerja impor komoditas migas yang turun lebih besar daripada kenaikan impor nonmigas," kata Teguh

Teguh mengungkapkan, impor migas pada Desember 2018 ke Jawa Timur mengalami penurunan 38,61 persen, dari 621,36 juta dolar AS menjadi 381,47 juta dolar AS. Impor migas ini menyumbang 17,67 persen dari total impor Jatim pada Desember 2018.

Sedangkan impor nonmigas Jatim pada Desember 2018 meningkat sebesar 5,15 persen dibanding bulan sebelumnya. Yaitu dari 1.690,74 juta dolar AS menjadi 1.777,80 juta dolar AS. Impor nonmigas ini menyumbang 82,33 persen dari total impor Desember 2018 ke Jawa Timur.

Pada Desember 2018, golongan Besi dan Baja (HS 72) merupakan komoditi utama impor Jawa Timur, dengan nilai transaksi sebesar 210,17 juta dolar AS. Jumlah tersebut naik sebesar 28,52 persen dari bulan sebelumnya yang 163,53 juta dolar AS. Kelompok barang ini mempunyai peranan 11,82 persen dari total impor nonmigas Jawa Timur, dan utamanya diimpor dari Tiongkok sebesar 60,98 juta dolar AS.

Jika dilihat menurut negara asal barang impor, maka Tiongkok tercatat sebagai negara asal barang yang masuk Jawa Timur selama Desember 2018. Adapun peranannya sebesar 33,29 persen. Disusul berikutnya dari Amerika Serikat dan Thailand yang memberikan kontribusi pada pasar impor sebesar 6,88 dan 5,69 persen.

"Nilai impor dari Cina pada Desember 2018 sebesar 591,85 juta dolar AS, diikuti impor dari Amerika Serikat sebesar 122,30 juta dolar AS, serta dari Thailand sebesar 101,24 juta dolar AS," kata Teguh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement