Selasa 15 Jan 2019 18:21 WIB

Harga Cabai Anjlok, Satgas Mafia Pangan Harus Telusuri

Petani semestinya tidak lagi terbebani distribusi dan harga.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Petani memanen cabai di persawahan Desa Terkesi, Grobogan, Jawa Tengah, Senin (14/1/2019).
Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Petani memanen cabai di persawahan Desa Terkesi, Grobogan, Jawa Tengah, Senin (14/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah meminta Bulog untuk proaktif mengatasi persoalan harga cabai di tingkat petani diapresiasi oleh Serikat Petani Indonesia (SPI). Langkah ini dinilai SPI sebagai bentuk keberpihakan daerah terhadap para petani.

Sekretaris Umum Serikat Petani Indonesia (SPI), Agus Ruli Ardiansyah menegaskan, sudah saatnya Kementerian Pertanian dan Bulog tidak hanya menyerap hasil panen komoditas pangan, namun juga produk hortikultura yang selama ini menjadi komoditas strategis dan kerap menyumbang inflasi, seperti cabai dan bawang.

Menurutnya, para petani semestinya tidak lagi terbebani distribusi dan harga seperti halnya persoalan cabai yang kini kembali mengemuka. Aksi demonstrasi para petani di Desa Jeruk Gulung, Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak, yang membuang cabai akibat kecewa jatuhnya harga jual cabai, semestinya tidak perlu terjadi.

Pemerintah harusnya bisa hadir untuk menyerap hasil panen cabai petani agar harga cabai di tingkat produksi ini terkendali. “Peran Bulog yang harus dilihat dan dimaksimalkan bukan hanya kepada beras, tapi juga komoditas lainnya, misalnya produk holtikultura yang dinilai strategis, seperti cabai,” tegasnya, Selasa (15/1).

Agus menjelaskan, kepastian daya serap pemerintah atas komoditas holtikultura sangat penting. Karena tingkat fluktuasi harganya sangat tinggi. Bahkan dalam persoalan anjloknya harga, tanaman hortikultura lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan hingga kehadiran Pemerintah sangat dibutuhkan.

Kalau memang pemerintah melihat cabai sebagai komoditas strategis, seharusnya juga bisa dilakukan penetapan harga pembelian, seperti beras dan komoditas lainnya. “Seharusnya, pemerintah melihat aksi petani cabai di Demak merupakan momentum untuk lebih proaktif dalam melindungi para petani produk hortikultura strategis,” jelasnya.

Sementara itu, terkait dengan aksi para petani cabai yang ada di Demak juga mendapatkan perhatian serius dari anggota perlemen di Senayan. Aksi buang- buang hasil panen ini dipicu oleh kekecewaan para petani terkait dengan anjloknya harga jual cabai di tingkat petani.

Menurutnya, siapa pun sebagai petani cabai pasti akan kecewa. Mereka ingin menjual cabai seharga Rp 8.000 per kilogram saja tidak bisa, tetapi di rantai distribusi berikutnya harga cabai masih bisa mencapai Rp 20 ribu per kg.

Sudah barang tentu petani bakal bereaksi karena harapan petani untuk bisa untung dengan menanam komoditas hortikultura ini. “Pertanyaannya, kenapa siuasinya menjadi semacam ini, harus dicari penyebab dan akar permasalahannya,” kata anggota Komisi IV DPR RI, KRT H Darori Wonodipuro.

Politisi Partai Gerakan Indonesia Raya ini bahkan meminta Satuan Tugas (Satgas) Pangan Mabes Polri untuk menyelidiki penyebab anjloknya harga cabai di daerah. Persoalan seperti ini –disebutnya pernah terjadi sebelumnya.

Karena persoalan semacam ini juga pernah dialami oleh para petani kentang di dataran tinggi Dieng, saat itu harga panen kentang jatuh dan berimbas pada kerugian para petani. Setelah ditelusuri, ternyata dampak masuknya kentang impor.

“Saat itu saya telepon Menteri Pertanian, katanya tidak ada impor, ternyata setelah ditelusuri ditemukan kentang dari Cina dan Pakistan. Informasi yang saya dapat katanya barang impor tersebut hanya bibit kentang, walaupun di lapangan ternyata ditemukan kentang impor tujuh kontainer,” tandasnya.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan, Pemprov Jawa Tengah dan Bulog Divre Jawa Tengah proaktif dalam membantu menyelamatkan harga panen komoditas cabai di daerahnya. Bulog diminta untuk menyiapkan strategi guna menyiasati harga cabai yang terus jatuh di tingkat petani.

Dalam jangka pendek, pemprov bersama Bulog akan terus mengupayakan solusi jangka panjang agar kejadian harga jatuh saat panen cabai tidak terulang kembalii. Saat ini, pemprov  sudah membentuk tim untuk melakukan deteksi dari hulu sampai hilir guna menemukan titik kesenjangan permasalahan harga cabai.

Gubernur juga mengaku sudah meminta Bulog untuk secara komersial ikut bertindak melakukan operasi pasar dengan membeli cabai langsung dari petani. Saat ini banyak petani cabai seperti di Kabupaten Demak, Magelang, Temanggung, Boyolali, dan lainnya yang siap panen.

Harapannya, Bulog bisa menyerap cabai langsung dari petani dan menjual kembali. “Sehingga Bulog juga dapat untung, harga di pasar stabil sehingga masyarakat senang dan tentunya petani juga senang karena hasil mereka dihargai maksimal,” jelas Ganjar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement