REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog siap menyerap beras hasil produksi petani periode Januari - Maret 2019. Hal ini disampaikan Direktur Pengadaan Perum Bulog, Bachtiar, saat menghadiri Rapat Koordinasi Serap Gabah/ Beras Petani (Sergap) di Jakarta, Senin (14/1).
“Kami siap mengerahkan seluruh jajaran Bulog untuk memaksimalkan serapan beras. Hari Sabtu – Ahad gudang akan tetap buka, dan kami akan turun ke lapangan untuk jemput bola," kata Bachtiar.
Penegasan ini untuk menanggapi keterangan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam Rakor Sergap yang menyatakan terdapat potensi 1,4 juta ton setara beras produksi petani untuk diserap pada Januari - Maret 2019.
“Jika kita bisa serap 10% dari total produksi gabah bulan Januari – Maret 2019, target Sergap BULOG 2019 sebesar 1,5 juta ton setara beras dapat dicapai dengan mudah. Saya minta seluruh jajaran Tim Sergap agar turun ke lapangan guna menyerap hasil panen petani,” ujar Amran.
Sementara itu Aster KASAD TNI-AD Mayjend TNI Supartodi dalam kesempatan yang sama memerintahkan pengawalan Sergap bersama Bulog dan Dinas Urusan Pangan dan Pertanian, sehingga target 2019 dapat dicapai dengan baik.
“Saya minta para Danrem dan Dandim agar melakukan upaya-upaya yang perlu dilakukan, sehingga target Sergap di wilayahnya dapat dicapai dengan cepat dan optimal," ujar Supartodi.
Produksi Padi dan Jagung Meningkat dengan Perluasan Areal Tanam
Secara terpisah Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Sumarjo Gatot Irianto menyampaikan, berdasarkan data secara nasional sepanjang 2018 Kementan berhasil mencapai target peningkatan produksi padi dan jagung yang dicanangkan pemerintah.
Menurut Gatot produksi padi pada 2018 mencapai 83,04 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 48,3 juta ton beras. Angka ini tercatat masih surplus dibandingkan dengan angka konsumsi sebesar 30,4 juta ton beras. Begitu juga dengan jagung, pada periode yang sama produksinya mencapai 30,05 juta ton pipil kering (PK). Sedangkan perhitungan kebutuhan sekitar 15,58 juta ton PK. Masih ada perhitungan surplus sekitar 14 juta ton.
“Secara nasional selama setahun di 2018 bisa disimpulkan bahwa surplus padi dan jagung sudah bisa kita capai,” kata Gatot dalam paparannya di acara Bincang Asyik Pertanian Indonesia (Bakpia) di Kantor Kementerian Pertanian, Jumat (11/1).
Namun ia menjelaskan, jika diturunkan datanya spesifik per daerah dan periode tertentu tentu ada yang kekurangan. "Tetapi bisa ditutupi dari daerah lain yang punya kelebihan produksi. Hal ini akan sangat terkait dengan masalah distribusi,” tambahnya.
Keberhasilan tersebut menurut Gatot adalah hasil dari pelaksanaan Upaya Khusus Padi Jagung dan Kedelai (Upsus PJK) sejak 2015. Sejak dilaksanakannya, Upsus PJK mampu meningkatkan luas tanam padi secara tajam sebesar 2 juta hektare, dari 14 juta hektare pada 2014 menjadi 16 juta hektare di 2018.
"Dengan perbaikan prasarana dan sarana, penanganan pasca panen dan pengamanan produksi, produksi 2019 diproyeksikan akan meningkat lebih tinggi lagi di banding 2018,” terang Gatot.
Sementara itu, Pengamat Pertanian Siswono Yudo Husodo yang juga menjadi pembicara dalam acara tersebut, mengapresiasi capaian Kementan dalam meningkatkan produksi dan menjaga inflasi pangan. Mantan Ketua Himpunan Kerukunan Tani (HKTI) itu mengamini bahwa perluasan areal tanam merupakan faktor utama untuk terus menjaga produksi tanaman pangan agar bisa mencukupi kebutuhan penduduk yang pasti terus bertambah.
“Ekspor beras di atas 3 ribu ton merupakan prestasi besar dalam kebijakan pemerintah. Ke depan, luasan lahan milik petani masih perlu ditingkatkan dengan upaya strategis,” ujar Siswono.
Upaya program perluasan areal tanam baru seperti lahan rawa dan lahan kering, lanjut Siswono, merupakan terobosan yang sangat baik, dan perlu disambut oleh gubernur dan bupati.