Sabtu 12 Jan 2019 14:11 WIB

Indonesia Bidik Timur Tengah Investasi di Sektor Migas

Indonesia membidik kerja sama dengan Irak dan Azerbaijan.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
Kilang minyak lepas pantai.   (ilustrasi)
Foto: Antara//FB Anggoro
Kilang minyak lepas pantai. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai terobosan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan investasi subsektor minyak dan gas bumi (migas). Salah satunya membidik kerja sama dengan sejumlah negara terutama di kawasan Timur Tengah yaitu Irak dan Azerbaijan.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Djoko Siswanto menjelaskan Selain Azerbaijan, Irak juga menjadi sasaran utama kerja sama dalam pengembangan industri petrokimia, pembangunan kilang dan eksplorasi lapangan migas di negara tersebut melalui PT. Pertamina (Persero).

"Nanti masih banyak kerja sama lain yang menyusul akan dilakukan," ujar Djoko, Sabtu (12/1).

5 Blok Migas Masuk dalam Lelang Tahap I 2019

Direktur Pembinaan Program Migas, Soerjaningsih mengemukakan rencana memperlebar peluang investasi hulu migas ke kawasan Timur Tengah. "Yang akan kita laksanakan tahun ini adalah meningkatkan kerja sama dengan Irak dan Azerbaijan. Dengan Azerbaijan, kita ditawari eksplorasi lapangan migas di sana dan juga impor minyak mentah," ujar Soerjaningsih.

Kendati demikian, kemitraan kedua negara sifatnya masih penjajakan atau negosiasi. Hal ini nanti akan dibahas lebih lanjut dalam pertemuan bilateral antar kedua negara.

Investasi sektor migas di luar negeri bukan hal baru bagi Pemerintah Indonesia. Sebab, sepanjang 2018 ada (empat) empat kerja sama pokok di sektor migas yang berhasil disepakati oleh kedua belah pihak. Pertama Indonesia dengan Rusia melalui Rosneft, membangun kilang GRR Tuban dengan nilai investasi 15-16 miliar dolar AS.

Kedua, kerja sama Indonesia dengan Saudi melalui Saudi Aramco, mengerjakan proyek RDMP kilang Cilacap dengan nilai investasi 5,4 - 6 miliar dolar AS. Ketiga, kerja sama Indonesia dengan Azerbaijan.

Pertamina menjalin kerja sama dengan SOCAR dalam hal impor minyak mentah dan ekslporasi lapangan migas. Nilai investasinya akan diketahui setelah penandatangan nota kesepahaman. Keempat, kerja sama Indonesia dengan Bangladesh. Kelima, Indonesia dengan Pakistan dalam hal pasokan LNG dengan nilai penerimaan sebesar 14,3 miliar dolar AS.

Kerja sama dengan berbagai negara ini diharapkan mampu menjaga tren investasi sektor ESDM. Sebagai catatan, realisasi investasi di sektor ESDM tahun 2018 mencapai angka USD 32,2 miliar atau setara Rp 462,83 triliun.

Dari jumlah tersebut, sebesar 12,5 miliar dolar AS merupakan realisasi dari subsektor migas. Perolehan ini mengalami peningkatan dibandingkan pencapaian 2017 dimana sektor migas baik hulu dan hilir hanya mengangongi investasi senilai 11 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement