Jumat 11 Jan 2019 18:17 WIB

Bagasi Berbayar Dinilai Harus Diimbangi Keselamatan Terbang

Bagasi berbayar dinilai berpotensi menurunkan penumpang.

Rep: Muhammad Ikhwanuddin/ Red: Nur Aini
Aktivitas bongkar muat bagasi pesawat di Bandar Udara Ngurah Rai, Bali, Rabu (18/5). (Republika /  Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Aktivitas bongkar muat bagasi pesawat di Bandar Udara Ngurah Rai, Bali, Rabu (18/5). (Republika / Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peningkatan tarif pesawat dengan pengenaan bagasi berbayar dinilai harus diimbangi dengan jaminan keselamatan penerbangan. Meskipun, pengenaan bagasi berbayar akan mengurangi beban pesawat.

Direktur Eksekutif Masyarakat Transportasi Indonesia, Deddy Herlambang mengatakan, tarif yang diberlakukan dapat berdampak pada keengganan penumpang membawa barang yang terlalu banyak.

"Tarif mahal untuk bagasi saya setuju karena berharap penumpang jangan terlalu membawa banyak karena akibatnya pesawat akan semakin berat dan bahan bakar boros. Tentunya yg penting adalah keselamatan penerbangan itu sendiri," katanya kepada Republika.co.id, Jumat (11/1).

Selain itu, menurutnya hal yang perlu diperhatikan adalah porsi biaya produksi untuk perawatan pesawat. Ia beralasan, dampak dari penarifan bagasi adalah peningkatan kualitas keselamatan.

Di sisi lain, ia menilai bahwa kebijakan baru ini memiliki potensi penurunan penumpang karena penerbangan biaya murah menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia. 

"Mungkin ada, tapi itu risiko maskapai penerbangan, bagi kami lebih baik terbang sedikit tapi selamat daripada banyak yang terbang tapi belum tentu selamat," ujar dia.

Bagasi berbayar rencananya akan diterapkan oleh Lion Air. Rencana itu juga kemudian akan diterapkan oleh Citilink. Kementerian Perhubungan menyaratkan adanya sosialisasi dua minggu untuk pengenaan bagasi berbayar.

Baca: YLKI: Bagasi Berbayar Jadi Kenaikan Harga Tiket Terselubung

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement