REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan kendaraan motor listrik di Indonesia memulai langkah baru dengan peresmian pembangunan industri bahan baku baterai lithium PT QMB New Energy Materialsdi kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah, Jumat (11/1). Pemerintah menargetkan, industri sudah dapat beroperasi pada 16 bulan ke depan.
Peresmian ditandai melalui penandatanganan prasasti oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. Airlangga mengatakan, langkah ini sesuai implementasi peta jalan industri otomotif nasional dan program prioritas Making Indonesia 4.0.
"Salah satu kunci sukses pengembangan kendaraan listrik adalah teknologi baterai dan powertrain elektrik motornya," katanya melalui siaran pers.
Proyek pembangunan pabrik yang memproduksi material energi baru dari nikel laterit ini dapat memenuhi kebutuhan bahan baku baterai lithium generasi kedua. Ia meyakini, melalui proyek smelter berbasis teknologi hydrometalurgi tersebut, Indonesia akan menjadi tuan rumah dalam pengembangan industri baterai untuk kendaraan listrik.
Selain itu, pembangunan industri bahan baku baterai lithium ini juga menguatkan struktur sektor otomotif di dalam negeri. Berdasarkan peta jalan pengembangan industri otomotif nasional, pemerintah menargetkan 20 persen dari total produksi kendaraan di Indonesia adalah berbasis elektrik pada 2025.
"Artinya, ketika produksi kita mencapai 2 juta unit per tahun, sebanyak 400 ribu itu kendaraan listrik," ujar Airlangga.
Sementara itu, Making Indonesia 4.0 menargetkan Indonesia menjadi basis produksi kendaraan jenis Internal Combustion Engine (ICE) maupun Electrified Vehicle untuk pasar domestik hingga ekspor pada 2030. Hal ini didukung oleh kemampuan industri nasional dalam memproduksi bahan baku dan komponen utama serta optimalisasi produktivitas sepanjang rantai nilai industri tersebut.
Selain untuk memenuhi kebutuhan domestik, produksi dari industri ini juga akan menyasar ke pasar ekspor. PT QMB New Energy Materials merupakan wujud kerja sama antara perusahaan Cina, Indonesia dan Jepang yang terdiri dari GEM Co,Ltd, Brunp Recycling Technology Co,Ltd, Tsingshan, PT IMIP dan Hanwa. Pabrik ini akan dikembangkan dengan lahan seluas 120 hektare.
Total investasi yang ditanamkan sebesar 700 juta dolar AS dan diprediksi akan menghasilkan devisa senilai 800 juta dolar AS per tahun. Pabrik ini juga akan menciptakan penyerapan tenaga kerja langsung sebanyak 2.000 orang.
Sementara itu, Luhut menyampaikan, proyek pembangunan pabrik nikel literit di Morowali merupakan industri pertama di Indonesia. Bahkan, pabrik ini akan menjadi salah satu produsen yang terbesar di dunia. "Jadi, kita tidak mau lagi ekspor raw material, sehingga ada peningkatan nilai tambah. Ini menjadi suatu kemajuan yang luar biasa. Apalagi pabrik ini menggunakan teknologi canggih," ujarnya.
Kemenperin mencatat, PT QMB New Energy Materials memiliki kapasitas konstruksi nikel sebesar 50.000 ton dan kobalt 4000 ton. Total tersebut mampu memproduksi di antaranya 50.000 ton produk intermedit nikel hidroksida, 150.000 ton baterai kristal nikel sulfat, 20.000 ton baterai kristal sulfat kobalt, dan 30.000 ton baterai kristal sulfat mangan.
Chairman GEM Co Ltd Prof Xu Kaihua mengatakan, proyek ini akan melebur nikel laterit menjadi elemen penting untuk daya baterai. Dengan penggunaan teknologi canggih dan ramah lingkungan serta proses produksi yang pintar, bahan baku nikel kobal akan mampu diolah secara maksimal. "Jadi, akan memberikan contoh bagi dunia sebuah industri yang mengubah nikel laterit menjadi suatu energi yang baru," katanya.