Jumat 11 Jan 2019 05:16 WIB

Pengamat: Maskapai Cari Tambahan Pemasukan dari Bisnis Kargo

Kebijakan bagasi berbayar adalah hal yang lumrah dilakukan maskapai LCC di Eropa.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Friska Yolanda
Pekerja membersihkan ruang pengambilan bagasi di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, Kamis (24/5).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Pekerja membersihkan ruang pengambilan bagasi di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, Kamis (24/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maskapai Citilink dan Lion Air akan menerapkan kebijakan bagasi berbayar. Menurut pengamat penerbangan Alvin Lie, hal itu merupakan strategi maskapai untuk bisa meraih pendapatan di luar harga tiket pesawat. 

"Ini lebih kepada upaya meningkatkan pemanfaatan ruang dalam pesawat untuk penghasilan maskapai," kata Alvin ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (10/1). 

Dia menyampaikan, kebijakan ini adalah peluang yang bisa dimanfaatkan maskapai berbiaya rendah atau Low Cost Carrier (LCC) untuk meningkatkan penerimaan dari bisnis kargo pesawat. Pertumbuhan kargo pada 2018 melejit hingga mencapai 30 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan adanya kebijakan bagasi berbayar, menurut Alvin, maskapai dapat menentukan ruang bagasi yang tersisa dan dapat dijual untuk kargo. 

Dia menyampaikan, kebijakan bagasi berbayar adalah hal yang lumrah dilakukan maskapai LCC di Eropa, AS, dan Australia. Aturan tersebut juga tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Kebijakan ini sesuai dengan prinsip maskapai LCC yang hanya menjual pelayanan dasar yakni tiket kursi pesawat. 

"Penumpang yang mau memilih tempat duduk itu harus bayar. Penumpang yang ingin makan dan minum bayar," kata Alvin. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement