Kamis 10 Jan 2019 17:46 WIB

SBR005 Incar Generasi Milenial

Sebanyak 45 persen dari pembeli SBR004 adalah golongan milenial.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Friska Yolanda
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Keuangan memastikan penerbitan instrumen ritel Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR005 akan mengincar generasi milenial yang memiliki minat investasi terhadap Surat Utang Negara (SUN). Generasi milenial saat ini dinilai memiliki kecenderungan untuk menghabiskan dana bagi kegiatan produktif seperti investasi. 

"Kita harapkan dari generasi milenial menjadi investor yang setia," kata Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolan Pembiayaan dan Risiko Loto Srinaita Ginting saat peluncuran SBR005 di Jakarta, Kamis (10/1).

Loto mengatakan, generasi milenial saat ini memiliki kecenderungan untuk menghabiskan dana bagi kegiatan produktif seperti investasi, tidak hanya membeli kopi di kafe. Sehingga, tambah dia, penerbitan SR005 diharapkan mampu memancing gairah generasi milenial yang identik dengan hal-hal baru seperti membeli instrumen SUN ritel.

"Kita berharap generasi milenial makin dapat pemahaman bagaimana berinvestasi maupun mengenal lebih baik dari aspek berinvestasi," ujarnya.

Pemerintah mulai menjual instrumen SBR005, yang mempunyai tingkat kupon mengambang, kepada investor individu melalui skema penawaran secara online (e-SBN). Penjualan ini dengan target awal yang disampaikan kepada mitra distribusi Rp 2 triliun.

Baca juga, Kemenkeu Batasi Kuota SBR005 Maksimal Rp 5 Triliun

Instrumen SUN ritel ini jatuh tempo pada 10 Januari 2021 dan mempunyai tingkat kupon untuk tiga bulan pertama tanggal 30 Januari 2019 sampai 10 April 2019 sebesar 8,15 persen. Suku bunga ini berasal dari suku bunga acuan saat ini sebesar 6,00 persen ditambah spread tetap 2,15 persen.

Tingkat kupon berikutnya akan disesuaikan setiap tiga bulan pada tanggal penyesuaian kupon sampai jatuh tempo. Tingkat kupon akan didasarkan pada suku bunga acuan yang berlaku pada saat itu ditambah spread tetap 2,15 persen.

Masyarakat dapat membeli instrumen SUN ritel ini dengan minimum pemesanan sebesar Rp 1 juta dan maksimum Rp 3 miliar dan ditawarkan melalui online sebagai bentuk komitmen pemerintah untuk mempermudah akses dalam berinvestasi. Selain untuk memperluas basis investor dalam negeri, penerbitan SBR005 dengan slogan bermanfaat juga untuk alternatif investasi serta mendukung terwujudnya keuangan inklusif dan memenuhi sebagian pembiayaan APBN 2019. 

Proses pemesanan pembelian secara online dapat dilakukan melalui empat tahap yaitu registrasi atau pendaftaran, pemesanan, pembayaran dan setelmen atau konfirmasi serta disampaikan melalui sistem elektronik mitra distribusi yang mempunyai interface dengan sistem e-SBN. Masyarakat yang berminat untuk berinvestasi di SBR005 ini dapat melakukan registrasi dengan menghubungi mitra distribusi yang telah ditetapkan untuk melayani pemesanan pembelian secara langsung melalui sistem elektronik.

Mitra distribusi tersebut antara lain enam bank dan satu perusahaan efek yaitu PT Bank Central Asia, PT Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia, PT Bank Permata, PT Bank Rakyat Indonesia dan PT Bank Tabungan Negara dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia. Kemudian dua perusahaan efek khusus dan dua perusahaan teknologi finansial (peer-to-peer lending) yaitu PT Bareksa Portal Investasi, PT Star Mercato Capitale (Tanamduit), PT Investree Radhika Jaya dan PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku).

Sebelumnya, pemerintah meraih dana sebesar Rp 7,3 triliun dari penjualan SBR004, dengan jumlah investor tercatat mencapai 21.672 orang, yang sebanyak 17.195 diantaranya merupakan investor baru dari instrumen SUN ritel ini. Dari investor baru tersebut, sebanyak 45,26 persen atau 7.782 investor merupakan generasi milenial atau kelahiran 1980-2000 dalam rentang usia 18-38 tahun.

Generasi milenial ini juga mendominasi jumlah investor terbanyak yaitu mencapai 40,99 persen dari total investor, diikuti generasi X atau kelahiran 1965-1979 dalam rentang usia 39-53 tahun sebanyak 30,92 persen.  Namun, dari sisi volume pemesanan, generasi baby boomer yang lahir 1946-1965 dengan rentang usia 54-72 tahun, masih dominan, karena menyumbang 43,11 persen atau sebesar Rp 3,16 triliun dari total volume pemesanan. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement