REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah tetap optimis untuk bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 5,3 persen pada 2019. Meski, pemerintah juga tidak menutup kemungkinan ada risiko perlambatan yang menanti tahun ini.
"Tentu doa kita situasi global lebih tenang dan bisa menciptkan kepastian dalam dunia usaha. Pemerintah masih optimis dengan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen walaupun ada downside risk yang perlu dihadapi," kata Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Adrianto ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (9/1).
Dia mengatakan, pemerintah akan berupaya memperkuat konsumsi rumah tangga dan investasi agar laju pertumbuhan ekonomi tetap terjaga. Pemerintah, kata dia, akan mempercepat penyaluran bantuan sosial dan menjaga inflasi. Sehingga, konsumsi masyarakat tetap terjaga.
Terkait dengan risiko perang dagang pada 2019, pemerintah akan melanjutkan upaya perluasan pasar dan komoditas ekspor. "Kebijakan mendorong investasi juga akan terus dilakukan yang pada akhirnya diharapkan akan dapat menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat," kata Adrianto.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Iskandar Simorangkir tak sepakat kondisi ekonomi global akan suram pada 2019. Dia menilai, kondisi 2019 akan lebih baik dibandingkan 2018.
"Sudah jelas The Fed (bank sentral AS) mengindikasikan tidak agresif menaikkan suku bunga dan harga minyak lebih rendah," kata Iskandar.
Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 menjadi hanya 5,2 persen dari sebelumnya 5,3 persen. Dengan revisi tersebut, artinya Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stagnan di level 5,2 persen pada 2018 dan 2019.
Proyeksi tersebut disampaikan Bank Dunia dalam laporan Prospek Ekonomi Global yang dirilis pada Selasa (8/1). Dalam laporan tersebut, Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi global akan melambat dari 3 persen pada 2018 menjadi hanya 2,9 persen pada 2019. Angka itu bahkan telah direvisi ke bawah masing-masing 0,1 persen poin dari proyeksi Bank Dunia sebelumnya yang dirilis pada Juni 2018.
Secara lebih terperinci, Bank Dunia menjelaskan tekanan yang dihadapi Indonesia berasal dari arus modal asing yang keluar, pelemahan kurs, koreksi pasar modal, dan penurunan cadangan devisa. Sementara, dukungan pada laju pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari peningkatan investasi berkat pembangunan berbagai infrastruktur.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi dari Bank Dunia lebih rendah dibandingkan target pemerintah. Seperti diketahui, pemerintah mencanangkan target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2019 sebesar 5,3 persen.