REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah optimistis dapat menjaga penguatan rupiah terhadap dolar AS. Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengatakan salah satu pendorong penguatan rupiah, yakni adanya investasi asing yang mulai masuk.
Bank Indonesia menaikkan suku bunga secara bertahap selama enam bulan terakhir dari 4,25 persen menjadi 6 persen. Di sisi lain, Jusuf Kalla menilai, faktor eksternal turut mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Yang dulunya keluar sekarang (investasi asing) kembali masuk lagi karena lebih tertarik dari pada itu. Di samping itu juga ekonomi Amerika tidak sekuat, banyak masalah-masalah, sehingga mereka lebih memilih untuk investasi keluar sehingga rupiah kita menguat," ujar Jusuf Kalla di kantornya, Selasa (8/1).
Baca juga, Rupiah Berpotensi Kembali ke Posisi Rp 13.800 per Dolar AS
Jusuf Kalla mengatakan, untuk menjaga penguatan rupiah pemerintah akan terus berupaya menjaga defisit perdagangan dan anggaran agar tidak terlalu besar. Selain itu, Jusuf Kalla berharap, Federal Reserve atau Bank Sentaral AS tidak kembali menaikkan suku bunga.
"Kalau (The Fed) tidak menaikkan bunganya maka cenderung akan stabil, maka orang akan investasi lagi," kata Jusuf Kalla.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution meyakini bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih memiliki potensi untuk terus mengalami penguatan. Sebab, mantan Gubernur Bank Indonesia tersebut menilai bahwa nilai tukar rupiah saat ini masih undervalued atau tidak sesuai dengan nilai fundamentalnya.