Jumat 04 Jan 2019 19:06 WIB

Optimisme Investor Dorong Kenaikan Indeks Saham

Investor optimistis dengan perekonomian dan pasar modal Indonesia.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Budi Raharjo
Pekerja melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat, (4/1). Penguatannya sebesar 0,86 persen atau 53,53 poin di 6.274,54.

Sebelumnya pagi tadi indeks saham dibuka melemah 0,16 persen atau 9,91 poin di level 6.211,1. Meski begitu, sekitar pukul 10.18 WIB, indeks saham mulai memasuki zona hijau. Dengan penguatan tipis 3,84 poin atau 0,06 persen di 6.224,85.

Pada akhir perdagangan sesi I, IHSG pun ditutup menguat 0,57 persen atau 35,48 poin di level 6.256,49. Kemudian jelang penutupan, indeks sahan terpantau di zona hijau dengan penguatan 0,51 persen atau 31,96 poin ke 6.252,97.

Samuel Sekuritas Indonesia telah memperkirakan, IHSG kembali menguat sepanjang hari ini. Hal itu mengikuti ramainya pasar lelang obligasi kemarin dengan bid to cover ratio yang mencapai 3,68 kali.

"Ini mengindikasikan investor optimistis dengan perekonomian dan pasar modal Indonesia di tengah sentimen pelemahan ekonomi global," ujar Samuel Sekuritas Indonesia melalui laporan riset hariannya, Jumat, (4/1).

Samuel Sekuritas menuturkan, kemarin bursa AS ditutup melemah dengan Dow Jones turun 2,8 persen dengan saham Apple turun tertajam. Penurunan Apple disebabkan oleh proyeksi kinerja pendapatan 1Q19 yang kemungkinan dibawah estimasi konsensus.

Apple beralasan penurunan kinerja dipicu oleh menurunnya perekonomian Cina dan berakibat munculnya sentimen negatif untuk emiten yang memiliki usaha di China, Caterpillar dan Boeing turun 4 persen. Dari data ekonomi, data sektor manufaktur AS bulan Desember tercatat dibawah ekspektasi ke 54,1 (konsensus 57,9). Kedua fakta tersebut membawa sinyal pelemahan ekonomi terjadi di kedua negara yang sedang terlibat perang dagang, AS dan China.

Dari pasar komoditas, harga minyak Brent tercatat naik 1,7 persen ke 55,8 dolar AS per barel dengan rencana pemotongan produksi OPEC dan aliansi akan mulai efektif di bulan Januari ini. Hanya saja, penguatan harga minyak tersebut dibayangi oleh potensi penurunan permintaan akibat pelambatan eknomi global.

Di sisi lain, harga emas tercatat kembali menguat ke level tertinggi dalam 6,5 bulan terakhir ke 1.297 per dolar AS per toz. Kenaikan harga emas dipicu oleh kekhawatiran melemahnya instrumen investasi di tengah kekisruhan perang dagang serta menguatnya data gaji swasta AS dalam dua tahun terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement