Jumat 04 Jan 2019 04:00 WIB

Produksi Garam di Jabar Sepanjang 2018 Meningkat

Rata-rata harga garam di kisaran Rp 800 per kilogram di tingkat petani.

Rep: Lilis Handayani/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah petani mengumpulkan sisa garam yang dapat diambil kembali di sekitar rumah dan lahannya yang porak-poranda akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (9/10).
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Sejumlah petani mengumpulkan sisa garam yang dapat diambil kembali di sekitar rumah dan lahannya yang porak-poranda akibat gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (9/10).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON  -- Sepanjang 2018, produksi garam petani di Jawa Barat meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi itupun mampu memenuhi kebutuhan garam konsumsi di Jawa Barat.

"Produksi garam pada tahun ini naik sekitar 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya,’’ ujar Ketua Asosiasi Petani Garam (Apgasi) Jawa Barat, M Taufik, kepada Republika.co.id, Ahad (30/12).

Taufik menyebutkan, produksi garam petani di Jawa Barat pada tahun ini mencapai sekitar 500 ribu ton. Sedangkan pada tahun sebelumnya, produksi garam petani hanya sekitar 400 ribu ton.

Menurut Taufik, peningkatan produksi garam itu disebabkan panjangnya musim kemarau tahun ini. Dengan lamanya musim kemarau, petani memiliki kesempatan lebih lama untuk memproduksi garam.

"Produksi garam baru berakhir per 16 November 2018 kemarin, bersamaan dengan mulai turunnya hujan,’’ kata pria yang juga petani garam di Kabupaten Cirebon itu.

Taufik mengungkapkan, produksi garam yang dihasilkan petani itu mampu memenuhi kebutuhan garam konsumsi masyarakat di Jawa Barat. Dia menyebutkan, kebutuhan garam konsumsi diperoleh dari perhitungan jumlah penduduk dikalikan tiga kilogram per tàhunnya.

Ketika ditanyakan mengenai harga garam sepanjang 2018, Taufik menyebutkan, rata-rata ada di kisaran Rp 800 per kilogram di tingkat petani. Dia menilai, harga garam tersebut cukup bagus jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, meski masih belum  memenuhi harapan para petani.

"Kalau petani sih inginnya diatas Rp 1.000 per kilogram," kata Taufik.

Sementara itu, salah seorang petani garam di Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Robedi, mengakui, meski harga garam pada tahun ini belum memenuhi harapan petani, namun tingginya produksi garam membuat nasib petani masih tertolong. Tingginya permintaan juga turut membantu petani mendapat keuntungan.

Hal senada diungkapkan seorang petani garam di Desa Eretan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Sutarno. Dia mengatakan, cuaca panas selama musim kemarau tahun ini membuat produksi garam jadi tinggi.

 

"Permintaan dari pengusaha ikan asin juga banyak. Jadi tidak sulit menjual garam," kata Sutarno.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement