Kamis 03 Jan 2019 13:51 WIB

Pemerintah Dorong Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri

Langkah ini dinilai mampu menggenjot produktivitas industri kecil dan menengah.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
 Dua pekerja memilah batubara untuk membuat briket batubara di  lingkungan balai pengembangan perindustrian sub unit pengembangan IKM logam
Dua pekerja memilah batubara untuk membuat briket batubara di lingkungan balai pengembangan perindustrian sub unit pengembangan IKM logam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN) terhadap proses manufaktur maupun pembangunan proyek di Indonesia. Sebab, langkah strategis ini dinilai mampu menggenjot produktivitas industri kecil dan menengah (IKM) terutama sektor penghasil komponen serta dapat bertujuan untuk melakukan substitusi produk impor.

Direktur Jenderal IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan, salah satu upaya yang telah dilakukan adalah memacu pengembangan sentra IKM logam di Ceper, Klaten, Jawa Tengah. Pengembangan dilakukan agar lebih berdaya saing dan memiliki akses pasar yang luas. "Sebab, di sana merupakan salah satu sentra industri pengecoran logam terbesar yang ada di Indonesia," katanya melalui siaran pers, Kamis (3/1). 

Gati menyebutkan, beberapa produk unggulan yang sudah mampu dihasilkan oleh para pelaku IKM logam di Ceper adalah komponen mesin industri, komponen pabrik, peralatan kapal, komponen kereta api, komponen pompa air, peralatan rumah tangga, permesinan dan komponen otomotif. Sebagian besar di antaranya mendapatkan bahan baku utama dari dalam negeri. 

Di sentra tersebut, Gati menjelaskan, terdapat Koperasi Batur Jaya yang beranggotakan sebanyak 168 IKM bergerak di bidang pengecoran logam dengan melibatkan lebih dari 4.000 tenaga kerja. Selama 27 tahun, mereka bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) untuk pemenuhan kebutuhan blok rem metalik kereta api. "Kini, penggunaan blok rem metalik diganti dengan blok rem komposit," katanya.

Agar mampu memproduksi blok rem komposit yang sesuai standar, Kemenperin telah memfasilitasi kerja sama Koperasi Batur Jaya dengan Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Kemenperin di Bandung. Saat ini, mereka masih dalam tahap pengujian dengan PT KAI. Kebutuhan PT KAI terhadap blok rem komposit diperkirakan hingga 120 ribu buah per tahun dengan harga berkisar Rp 203.700 per buah. 

Apabila peluang produksi blok rem komposit tersebut dapat dilakukan oleh industri dalam negeri, Gati mencatat, terdapat potensi substitusi impor blok rem komposit mencapai Rp 24 miliar per tahun. Oleh karena itu, Kemenperin gencar melakukan pemberdayaan terhadap IKM logam di Ceper supaya terus menghasilkan produk yang kompetitif.

Program yang telah dijalankan di antaranya pelaksanaan bimbingan teknis blok rem komposit, pemberian sertifikasi SKKNI, ISO dan SNI, melakukan kegiatan temu bisnis IKM dengan BUMN dan industri besar, serta menggelar workshop e-Smart IKM.

Seiring perjalanannya, Gati menuturkan, Koperasi Batur Jaya sudah mengalami transformasi produksi dengan melakukan diversifikasi produk logam. Salah satunya, dengan memproduksi komponen otomotif. "Maka itu, Kemenperin juga telah memfasilitasi link and match antara Koperasi Batur Jaya dengan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN)," tuturnya. 

Pada 2018, Koperasi Batur Jaya mendapat kepercayaan dari TMMIN untuk pengembangan produk cylinder sleeves, alat bantu untuk pembuatan ring piston. Rencananya, alat ini mulai diproduksi tahun 2019. 

Dalam produksi ring piston, Gati mengatakan Kemenperin siap mendukung penyediaan bahan baku melalui pengembangan konsep material center. Selanjutnya, di tahun 2019, Kemenperin juga akan memberikan fasilitasi peralatan untuk quality inspection.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement