Rabu 26 Dec 2018 20:32 WIB

Mendorong Peran Pertamina di Industri Petrokimia

Industri petrokimia Indonesia tertinggal jauh dibanding negara lain

Ilustrasi kilang Pertamina.
Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Ilustrasi kilang Pertamina.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Keterlibatan PT Pertamina (Persero) di industri petrokimia diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi perkembangan industri tersebut di tanah air. Selama ini pelaku usaha sektor petrokimia di tanah air sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk 265 juta jiwa. 

Industri petromikia yang ada misalnya Chandra Asri dan Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban dinilai belum cukup. Karena itu 

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai positif masuknya BUMN Migas tersebut ke dalam industri petrokimia.  Bahkan Pertamina seharusnya juga  mengintegrasikan industri itu dari hulu sampai hilir..

Saat ini Indonesia tertinggal jauh dibandingkan negara lain di bidang industri petrokimia.  Hal itu karena sebagian besar bahan baku petrokimia  diperoleh melalui impor, termasuk di antaranya adalah Nafta.

"Paling tidak kita bisa berharap bahwa lima tahun ke depan kita akan lebih baik, kalau tidak dimulai dari sekarang, kita akan lebih terlambat lagi," kata Wakil Komisi Tetap Industri Hulu dan Petrokimia Kadin Indonesia, Achmad Widjaya di Jakarta, melalui keterangan tertulisnya Jumat pekan lalu. 

Widjaya berharap bahwa Pertamina tidak hanya fokus pada sisi hulu petrokimia saja,  namun juga harus mulai mengintegrasikan bisnis tersebut dari hulu sampai hilir, karena investasi petrokimia sangat besar, serta mempunyai pola industri jangka panjang.  "Keuntungan atau profit kembali yang diperoleh adalah jangka panjang," katanya.

Kesempatan Pertamina untuk mengintegrasikan industri petrokimia dari hulu sampai hilir, juga sangat terbuka. Sebab, memang hanya korporasi-besar yang bisa masuk ke dalam industri tersebut.

Saat ini, melalui tiga kilangnya, yaitu Plaju, Dumai, dai Cilacap, Pertamina memang tengah konsen memproduksi bahan baku petrokimia, yaitu Polypropylene. Bahan baku tersebut sangat dibutuhkan dalam berbagai industri, misalnya bijih plastik. 

Keseriusan Pertamina menggeluti industri ini juga ditandai dengan peresmian Operator Training Simulator (OTS) Polypropylene di Pertamina RU III belum lama ini. Peresmian OTS merupakan salah satu terobosan  untuk mempercepat peningkatan kompetensi para pekerja serta sebagai sarana improvement process sebelum diaplikasikan di Kilang Petrokimia.

OTS merupakan perangkat simulator yang mensimulasikan seluruh kegiatan operasional kilang baik dari dalam Distributed Control System  (DCS) maupun langsung dari lapangan.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement