REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Harga minyak dunia merosot lebih dari enam persen ke level terendah selama lebih dari setahun terakhir. Pelemahan harga dipicu oleh kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global.
Dilansir Reuters, Rabu (26/12), harga minyak mentah berjangka Brent pada Senin lalu merosot 3,35 dolar AS atau 6,2 persen menjadi 50,47 dolar AS per barel. Selain itu, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) juga merosot sebesar 3,06 dolar AS atau 6,7 persen menjadi 42,53 dolar AS per barel.
Adapun harga acuan global minyak mentah Brent dan WTI tertekan hingga ke level terendah sejak 2017 selama sesi perdagangan. Hal ini membuat kedua harga pada kuartal keempat diperkirakan merosot sekitar 40 persen.
Pekan lalu, harga Brent merosot 11 persen dan menyentuh level terendah sejak September 2017. Sementara, harga WTI turun ke level terendah sejak 2017.
Pada awal pekan ini, WTI tertekan hingga ke level terendah sejak 22 Juni 2017. Pelemahan tersebut dipicu oleh perang dagang antara AS-Cina yang mempengaruhi ekonomi global, dan permintaan minyak mentah. Sedangkan harga Brent anjlok ke level terendah sejak 17 Agustus 2017.
Analis Price Futures Group Phil Flynn menilai, merosotnya harga minyak terjadi karena faktor perlambatan ekonomi. Menurut Flynn, anjloknya harga minyak di kuartal keempat akan membuat produsen menahan produksinya.
"Apa yang terjadi pada pasar saham menimbulkan ketakutan akan perekonomian yang menuju perlambatan, ini akan berpengaruh terhadap permintaan minyak di masa mendatang," ujar Flynn.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia telah sepakat untuk memangkas produksi minyak sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) mulai Januari 2019. Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail al-Mazrouei mengatakan, apabila kebijakan ini gagal untuk menyeimbangkan pasar, maka OPEC dan sekutunya akan menggelar rapat luar biasa.