Jumat 21 Dec 2018 15:38 WIB

Pendapatan Garuda Meningkat Jelang Tutup Tahun

Pendapatan kargo Garuda mengalami peningkatan didorong oleh kenaikan tarif.

Pesawat Garuda Indonesia
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Pesawat Garuda Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan peningkatan pendapatan jelang tutup tahun. Peningkatan ini didorong adanya penyesuaian tarif yang dilakukan oleh maskapai milik negara tersebut.

"Dari pendapatan kita meningkat karena ada penyesuaian tarif khususnya pada Oktober dan November 2018," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara saat jumpa pers di Jakarta, Jumat (21/12).

Berdasarkan data kinerja layanan penerbangan, pendapatan Garuda pada Oktober 2018 mencapai 209,3 juta dolar AS atau tumbuh 4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu 201,3 juta dolar AS. Sedangkan pada November 2018, pendapatan Garuda mencapai 232,4 juta dolar AS atau tumbuh 13,4 persen dibandingkan November 2017 205 juta dolar AS.

Tarif rata-rata pada Oktober 2018 mencapai 107,4 dolar AS, tumbuh 6,2 persen diibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 101,1 dolar AS. Sedangkan pada November 2018, tarif rata-rata Garuda mencapai 115,2 dolar AS, meningkat 11,7 persen dibandingkan November 2017 103,1 dolar AS.

Kendati demikian, pendapatan Garuda selama 11 bulan terakhir baru mencapai 2,34 miliar dolar AS atau masih lebih rendah dibandingkan  periode yang sama tahun lalu yang mencapai 2,36 miliar dolar AS. Hingga November 2018, pendapatan Garuda masih tumbuh negatif satu persen dibandingkan November tahun lalu.

Sementara itu, pendapatan kargo meningkat karena adanya penyesuaian tarif kargo. Pendapatan kargo pada Oktober 2018 mencapai 24,6 juta dolar AS, tumbuh 28,1 persen dibandingkan Oktober tahun lalu 19,2 juta dolar AS. Sedangkan pada November 2018, pendapatan kargo Garuda mencapai 22,6 juta dolar AS, naik 4,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu 21,6 juta dolar AS.

Berbeda dengan pendapatan dari layanan penerbangan yang mengalami kontraksi, pendapatan kargo hingga November 2018 mengalami pertumbuhan 4,2 persen dari 200,3 juta dolar AS menjadi 208,7 juta dolar AS. Untuk tarif rata-rata kargo Garuda, pada Oktober 2018 meningkat 6,8 persen dari 0,59 dolar AS menjadi 0,63 dolar AS. Sedangkan pada November 2018, tarif rata-rata kargo naik 9,7 persen dari 0,62 dolar AS menjadi 0,68 dolar AS. Hingga November 2018, tarif rata-rata kargo Garuda meningkat 4,4 persen dari 0,59 dolar AS menjadi 0,62 dolar AS.

Ari Askhara mengatakan ia bersama jajaran direksi Garuda lainnya akan mendorong kinerja grup melalui kerja sama operasional dan kerja sama strategis. Untuk kerja sama operasional, Garuda Indonesia melalui entitas anak Citilink Indonesia akan mensinergikan dan memperluas pasar, serta membantu Sriwijaya Air memperbaiki kinerja operasi dan keuangan.

"Sedangkan untuk kerja sama strategis, kami akan membangun kapabilitas dan mengoptimalkan proses bisnis PT GMF AeroAsia serta mengembangkan potensi-potensi pasar yang ada," ujar Ari.

Hingga September 2018 lalu, Garuda Indonesia memang masih mencatat rugi bersih 131,72 juta dolar AS, lebih rendah 36 persen dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya US207,49 juta dolar AS. Ari berharap pada akhir tahun ini Garuda Indonesia bisa mencatatkan laba.

"Mudah-mudahan positif ya," ujar Ari. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement