REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Bank Indonesia terus mendorong intermediasi antara pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) sektor pertanian dengan peritel modern untuk memperluas pasar produk-produk lokal. Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali, Azka Subhan mengatakan salah satu faktor yang memengaruhi stabilitas rupiah adalah pergerakan harga-harga produk pertanian atau volatile food.
Faktor lainnya adalah administered prices yang disebabkan perubahan harga akibat kebijakan pemerintah, seperti kenaikan tarif dasar listrik dan bahan bakar minyak. KPwBI Bali telah bekerja sama dengan sejumlah kelompok tani dan ternak yang fokus pada budidaya beras (Kelompok Tani Pulagan dan Subak Getas, Kabupaten Gianyar), bawang merah (Kelompok Tani Sari Pertiwi, Bangli), bawang putih (Kelompok Tani Manik Pertiwi), cabai (Kelompok Tani Merta Buana, Karangasem), sapi bali (Kelompok Tani Dukuh Sari dan Giri Winangun Sari), dan beberapa proyek percontohan, seperti bawang merah di Kecamatan Gerokgak, Buleleng, dan Bukit Cemara, Karangasem.
UMKM cabai binaan BI Bali misalnya sudah menghasilkan produk turunan, sambal dan abon cabai. UMKM bawang merah dengan produk turunannya bawang goreng dan keripik. UMKM kopi kintamani sudah memiliki branding cukup baik, dan tak ketinggalan produk primer, seperti beras.
"Kami harap peritel pasar modern bisa menyiasati akses pasar dari produk-produk mereka yang baru dipanen," kata Azka, Rabu (19/12).
Sektor pertanian salah satu pendukung utama pariwisata di Bali. Pengamat ekonomi Universitas Udayana, I Wayan Ramantha sebelumnya mengatakan sektor-sektor yang inline dengan pariwisata perlu terus dikembangkan.
"Saat pariwisata sepi misalnya, maka produk-produk pertanian bisa diandalkan untuk ekspor," ujarnya.
Produk-produk pertanian lokal di Bali dinilainya memerlukan peningkatan nilai tambah, dari sisi pengolahan dan pengemasan. Hal ini perlu dilakukan dari hulu hingga hilir, tak ketinggalan pendampingan untuk para petani.
Pertumbuhan ekonomi Bali triwulan III 2018 menunjukkan akselerasi kinerja dibanding triwulan sebelumnya. Besarannya mencapai 6,24 persen year on year (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,17 persen pada periode sama.
Sejumlah lapangan usaha utama mengalami peningkatan, mulai dari pertanian, kehutanan, perikanan, konstruksi, perdagangan, dan industri pengolahan. BI memperkirakan akselerasi ini masih terus berlanjut hingga triwulan IV atau akhir tahun dengan kisaran 6,80-7,20 persen yoy.