REPUBLIKA.CO.ID, BANJAR -- Potensi lahan rawa untuk pertanian sangat besar. Saat ini, dari sekitar 34,1 juta hektare lahan rawa terdapat 19,1 juta hektare yang sesuai untuk pertanian. Namun, sampai sekarang lahan rawa yang sudah dimanfaatkan untuk pertanian sekitar 3,68 juta ha atau hanya 15 persen saja.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, lahan rawa adalah solusi untuk kebutuhan produksi pangan nasional.” Oleh karena itu, kita harus garap lahan rawa, tanami padi, sayuran, itik, dan ikan untuk sejahterakan petani,” ujar Mentan saat acara temu lapang dengan petani dan masyarakat Desa Tajau Landung, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Selasa (1/12).
Amran melanjutkan, mulai tahun ini Kementerian Pertanian menggalakkan program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) di enam provinsi, yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sumatra Selatan, Jambi, Lampung, dan Sulawesi Selatan.
“Mimpi besar saya adalah Kalsel menjadi pusat pertanian modern, semuanya full mekanis. Mulai dari olah tanah, tanam, pemeliharaan, panen, hingga olah gabah menjadi beras, semuanya gunakan alat mekanisasi pertanian,” kata Amran.
Dia pun mengimbau agar petani Kalsel tidak terkena penyakit malas. Seorang petani tidak boleh tidak terkena sinar matahari dan berdiam diri di rumah. Petani harus turun ke sawah. “Apalagi anak muda. Harus giat ke sawah. Pemuda harus bangun pertanian Indonesia, pemuda dapat mengguncang dunia,” ujar Amran.
Bupati Banjar H Khalilurrahman menyambut baik program Serasi untuk membangun pertanian agar masyarakat Banjar sejahtera dan barokah. Bupati mengatakan, masyarakat bertekad menjadikan Banjar menjadi lumbung pangan Kalsel atau menjadi Kindai Limpuar (lumbung pangan berlimpah ruah).
Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Prof. Dedi Nursyamsi menerangkan, kunci keberhasilan lahan rawa adalah pengelolaan air. Dengan tata air yang tepat dan introduksi varietas berumur genjah, indeks pertanaman dapat ditingkatkan dari 100 menjadi 200.
Selain itu, dengan introduksi teknologi lainnya, seperti padi Inpara, ameliorasi dengan dolomit, pemupukan berimbang, serta pengendalian OPT, produktivitas padi juga dapat ditingkatkan dari 2 ton/ha menjadi 6 ton/ha.
“Dengan begitu, produksi padi dapat meningkat enam kali dalam satu tahun,” kata Dedi.