REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Nasional yang mewadahi petani kedelai, The US Soybean Export Council (USSEC), menyebutkan sekitar 92-93 persen total kedelai yang diimpor Indonesia dari Amerika Serikat (AS) diserap untuk industri tempe. Indonesia mengimpor 2,5 juta metrik ton kacang kedelai dari AS.
"Sisanya untuk kecap, olahan lain seperti tahu dan minuman," kata Direktur Regional USSEC Asia Tenggara Timothy Loh dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (17/12).
Ia menyebutkan 2,5 juta metrik ton kacang kedelai dari AS ini setara dengan 95 persen dari seluruh total kedelai yang diimpor Indonesia.
Kerja sama yang kuat terjalin di sektor kedelai antara AS dan Indonesia telah berlangsung lama, seiring dengan banyaknya pangan lokal Indonesia seperti tahu dan tempe yang berbahan baku kedelai.
Oleh karena itu, ia menilai bahwa Indonesia menjadi salah satu pasar ekspor yang penting bagi AS untuk komoditas kacang kedelai. Pada 2017, Indonesia menjadi pengguna terbesar ketiga dari kacang kedelai AS.
Kacang kedelai AS telah digunakan sejak lama oleh para produsen lokal tempe dan tahu, karena kualitas kedelai dan rasa yang lebih baik dari negara lainnya. "Produsen tempe dan tahu telah mencoba, dan membandingkan dengan negara lain tentunya, bahwa kualitas kedelai AS lebih baik, dari segi warna, dan lebih mudah diolah," kata Timothy.
Ia menambahkan industri kedelai AS lebih unggul dalam hal penelitian, dengan terus berfokus pada peningkatan dan pengembangan kualitas guna memastikan komoditas ini secara terus menerus memenuhi bahkan melebihi kebutuhan para konsumennya.
USSEC juga antusias untuk bertemu para pemangku kepentingan bidang agrikultural di Jakarta, untuk membahas pasar kedelai serta bagaimana AS dan Indonesia bisa bekerja sama di masa mendatang.