REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mengedepankan perbaikan ekspor dan pariwisata untuk memperbaiki neraca perdagangan tahun depan. BI menetapkan target current account deficit (CAD) 2,5 persen pada 2019.
Deputi Gubenur Senior BI, Mirza Adityaswara menyampaikan defisit yang tercatat pada November 2018 sebesar 2,05 miliar dolar AS adalah tanda bahwa ekspor-impor barang jasa masih jadi perhatian lebih. Pemerintah akan berupaya untuk membawa neraca perdagangan kembali positif.
"Target BI supaya turun jadi 2,5 persen tahun depan, maka kita dorong terus ekspor dan pariwisata," kata dia pada wartawan di Museum Bank Indonesia, Senin (17/12).
Ia menilai insentif terkait ekspor perlu ditelurkan dan segera diterbitkan untuk mendorong para pelaku bisnis. Mirza mengimbau para pelaku industri, pemerintah baik pusat maupun daerah, juga masyarakat bersinergi menggalakkan ekspor.
Salah satu contoh penguatan ekspor, kata Mirza adalah kerja sama Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Uni Eropa. Ia berharap ada lebih banyak kesepakatan seperti ini di kemudian hari.
Baca juga, Defisit Neraca Perdagangan Tembus 2,05 Miliar Dolar AS
"Harapannya kita bisa dorong kemitraan, investasi dan ekspor lebih dalam lagi," kata Mirza.
Kinerja ekspor Indonesia pada November 2018 tercatat sebesar 14,83 miliar dolar AS. Angka itu turun 6,69 persen dibandingkan Oktober. Penurunan ekspor sebesar 3,28 persen secara year on year.
Sementara itu, impor November 2018 tercatat sebesar 16,88 miliar dolar AS atau turun 4,47 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan November 2017 masih terjadi kenaikan 11,68 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca dagang Indonesia kembali mencatatkan defisit pada November 2018 sebesar 2,05 miliar dolar AS. Secara kumulatif, neraca dagang Indonesia pada Januari hingga November 2018 mengalami defisit 7,52 miliar dolar AS.