Jumat 14 Dec 2018 21:08 WIB

Industri Fashion Indonesia Targetkan Negara OKI

pertumbuhan rata-rata konsumsi fashion Indonesia mencapai 18,2 persen per tahun.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Dwi Murdaningsih
Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Roadmap  Pengemangan IKM Fashion Muslim di Jakarta, Selasa (16/10).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Roadmap Pengemangan IKM Fashion Muslim di Jakarta, Selasa (16/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih menjelaskan, peluang pasar domestik fashion Muslim Indonesia mencapai 20 miliar dolar AS pada tahun lalu. Sementara itu, peluang di ranah global mencapai 270 miliar dolar AS pada 2017 yang diprediksi naik menjadi 361 miliar dolar AS pada 2023.

Gati menjelaskan, hal tersebut menunjukkan bahwa peluang pasar fashion muslim global maupun domestik sangat besar yang harus diisi industri dalam negeri. "Dengan begitu, dapat meningkatkan kontribusi sektor fashion Muslim  bagi PDB nasional," kata dia, dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (14/12).

Pasar fashion muslim terbesar adalah negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yaitu mencapai 191 miliar dolar AS, sedangkan Indonesia baru mengisi 366 juta dolar AS. Hal ini menunjukkan bahwa kita harus bekerja keras untuk meningkatkan ekspor ke negara-negara OKI sehingga paling tidak Indonesia mampu menguasai 30 persennya.

Gati mengatakan, saat ini, industri fashion Muslim di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Nilai pertumbuhan rata-rata konsumsi fashion Indonesia mencapai 18,2 persen per tahun.

Gati menambahkan, satu hal membanggakan adalah peningkatan prestasi Indonesia di dunia internasional yang sangat signifikan. The State of Global Islamic Economy Report 2017/2018 mencatat Indonesia sebagai runner up negara yang mengembangkan fesyen muslim terbaik setelah Uni Emirat Arab.

Padahal, pada laporan tahun sebelumnya, Indonesia tidak termasuk dalam 10 besar. "Hal ini menunjukkan bahwa selangkah lagi Indonesia dapat berada pada urutan pertama dan menjadi kiblat fashion muslim dunia," kata Gati.

Gati menuturkan, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah memfasilitasi para desainer Indonesian Fashion Chamber (IFC) di kegiatan Fashion Show La Mode Sur La Seine à Paris. Peragaan busana yang diselenggarakan pada tanggal 1 Desember 2018 di kota Paris, Perancis, ini berhasil menggaungkan busana muslim karya desainer Indonesia dan menjadi sorotan global. Setidaknya 400 peserta dari mancanegara hadir, termasuk dari Italia, Australia dan Jerman.

Selanjutnya, Kemenperin juga meluncurkan pameran fesyen Muslim yang akan dilaksanakan tahun depan, International Muslim Fashion Festival, di Jakarta pada Jumat. Pameran ini mengangkat konsep business to business (B to B) yang dihadiri oleh sekitar 250 undangan. Mereka merupakan buyer potensial berasal dari berbagai negara seperti Jerman, Taiwan, Korea hingga Amerika Serikat.

Melalui serangkaian acara ini, Gati berharap, potensi industri fesyen Muslim Indonesia dapat semakin dikenal di pasar dunia. Khususnya, ke pasar fesyen Eropa yang memiliki berbagai pusat mode dunia seperti Paris, Milan, London, dan kota-kota lainnya di Eropa. "Dengan begitu, target menjadikan Indonesia sebagai kiblat fashion muslim dunia pada 2020 semakin dekat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement