REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Jumlah penumpang pesawat Garuda Indonesia berkurang sangat signifikan akibat penutupan 25 toko di Bali yang khusus menjual oleh-oleh kepada wisatawan Cina.
"Jadwal penerbangan kami dari Cina ke Bali terpaksa dikurangi karena jumlah penumpang kami turun 50 persen," kata General Manager PT Garuda Indonesia Beijing, Reza Aulia Hakim, Kamis (13/12).
Ia menyebutkan jadwal penerbangan langsung dari tiga kota di Cina, yakni Zhengzhou, Xi'an, dan Shenyang ke Bali, masing-masing tiga kali dalam sepekan.
"Namun sejak adanya penutupan 25 toko China di Bali pada Oktober lalu, jadwal penerbangan dari ketiga kota itu hanya sekali dalam sepekan. Bahkan, dari Chengdu sudah tidak ada lagi penerbangan," katanya saat ditemui di Wisma Duta KBRI Beijing.
Reza mengungkapkan bahwa penutupan 25 toko suvenir oleh pemerintah daerah di Bali itu sangat erat kaitannya dengan tingkat kunjungan wisatawan Cina ke Indonesia.
"Toko-toko itu memberikan subsidi. Kalau dihitung-hitung, setiap wisatawan Cina yang hendak ke Bali mendapatkan subsidi 500 dolar AS. Mana mungkin kami yang beri subsidi, kalau bukan mereka," ujarnya mengingatkan betapa pentingnya peran toko-toko tersebut.
Lalu dia menyebutkan bahwa harga normal paket wisata dari Cina ke Bali, termasuk tiket pesawat PP dan akomodasi selama empat hari tiga malam berkisar antara 3.500 RMB hingga 4.500 RMB (Rp 7.350.000 - Rp 9.450.000).
"Dengan adanya subsidi dari toko-toko tersebut, maka agen pariwisata di sini bisa jual sekitar 2.000 RMB. Oleh sebab itu, banyak warga Cina yang berbondong-bondong ke Bali," katanya.
Dengan adanya kasus itu, maka toko-toko itu tidak bisa memberikan subsidi lagi kepada wisatawan Cina yang hendak berlibur di Bali.
"Kami sudah tidak bisa lagi memberangkatkan wisatawan dengan jumlah besar karena ada kejadian itu," kata Direktur PT Lebali International Tour Cabang Beijing Jacky Wang.
Kementerian Pariwisata RI menyatakan bahwa tiga dari 25 toko yang ditutup tersebut sudah beroperasi kembali sejak Rabu.