REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cina masih menjadi pasar potensial bagi produk pertanian Indonesia. Terbukti neraca perdagangan pertanian antara Indonesia – Cina untuk tahun ini surplus senilai 2,265 miliar dolar AS.
“Surplus neraca perdagangan kita dengan Cina membuktikan perdagangan kita masih unggul dibandingkan Cina dari segi pertanian. Jadi tidak benar kalau ada yang menyebutkan produk pertanian Cina membanjiri pasar kita. Justru sebaliknya, produk pertanian kita yang membanjiri pasar mereka,” kata Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Kuntoro Boga Andri, Rabu (12/12).
Tahun ini, nilai ekspor pertanian Indonesia ke Cina mencapai 4,025 miliar dolar AS, meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan transaksi ekspor tahun lalu senilai 2,058 miliar dolar AS. Lima produk pertanian yang menjadi andalan ekspor adalah kelapa sawit, karet, kelapa, produk hewan, dan kakao.
“Kelapa sawit masih menjadi andalan kita. Hingga saat ini, tercatat sebanyak 3,935 juta ton kelapa sawit kita yang diekspor ke Cina, dengan transaksi senilai 2,69 miliar dolar AS,” ujar Boga.
Ke depannya, Boga meyakini banyak peluang bagi Indonesia meningkatkan ekspor pertanian ke Cina. Sejumlah komoditas hortikultura dan perkebunan masih mengalami hambatan, seperti pengenaan bea masuk yang masih tinggi, serta standar sanitary and phytosanitary (SPS) yang sulit dipenuhi oleh petani Indonesia.
“Untuk itu perlu dilakukan technical cooperation dan harmonisasi antara kita dan pemerintah Cina sehingga petani kita bisa memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah Cina,” tuturnya.
Pembaruan Mutual of Understanding (MoU), menurut Boga sangat penting sebagai payung pengembangan kerja sama bidang pertanian kedua negara ke depan. Potensi pemanfaatan MoU bagi Indonesia adalah memobilisasi dukungan Cina bagi pengembangan sektor pertanian, khususnya dukungan penyediaan benih dan teknologi budidaya serta pasca panen untuk pengembangan komoditas bawang putih.
“Kita juga membutuhkan MoU yang dapat meningkatkan dukungan investasi, khususnya untuk infrastruktur fisik, seperti irigasi, alsintan, dan pengembangan sektor hilir, serta investasi untuk sektor perbenihan, perkebunan tebu, dan industri gula,” tutup Boga.