Sabtu 08 Dec 2018 23:39 WIB

Semua Pihak Diminta Miliki Kesadaran Majukan Perkebunan

Produktivitas hasil perkebunan dinilai masih belum maksimal.

Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Bambang.
Foto: Dok Humas Ditjenbun
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Bambang.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah menyatakan sudah sangat serius untuk meningkatkan hasil sektor perkebunan. Namun, produktivitas hasil perkebunan hingga saat ini dinilai masih belum maksimal.

Menurut Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Bambang, mulai dari Presiden Joko Widodo hingga Menteri Pertanian Amran Sulaiman, sudah bergerak serius mengangkat perkebunan. Karena, potensi dari perkebunan sangat besar.

Namun, masih ada pihak-pihak yang belum menyadari bahwa sektor perkebunan sangat penting. Terutama, untuk mendatangkan keuntungan bagi negara.

“Kita seharusnya masih bisa memaksimalkan hasil perkebunan. Komoditas kakao misalnya, sekarang ini rata-rata pencapaiannya hanya 500-600 kilogram per hektarenya. Namun, jika kita bisa mengawal dengan teknologi dan ilmu, maka bukan tidak mungkin hasil 3-4 ton per hektarenya bisa dicapai,” kata Bambang di sela peringatan Hari Perkebunan di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (8/12).

Menurut Bambang, jika pemerintah sudah menyatakan dan bergerak serius untuk mengangkat sektor perkebunan, seharusnya para pemangku kepentingan juga bergerak bersama. Karena, jika masih ada pihak-pihak yang menganggap perkebunan ini tidak penting, maka akan sangat sulit meningkatkan hasil produksi perkebunan.

Untuk diketahui, komoditas perkebunan berperan dalam penyedia lapangan pekerjaan dengan keterlibatan 22,69 juta jiwa tenaga kerja dan pekebun.  Jika dilihat dari sumbangan terhadap PDB pertanian, komoditas perkebunan berkontribusi sebesar 34 persen atau senilai Rp 471,31 triliun dan angka ini lebih besar dari kontribusi minyak dan gas terhadap PDB Nasional yang hanya sebesar Rp 390,48 triliun rupiah pada 2017.

"Bahkan sampai dengan triwulan II  2018, kontribusi perkebunan kepada PDB mencapai Rp 384,22 triliun, jauh lebih besar dari PDB minyak dan gas bumi yang hanya mencapai Rp 264,46 triliun,” kata  Bambang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement